Senin, 29 Juli 2013

Jika Ditanya Aku Mirip Siapa



Jika ditanya aku mirip siapa, aku dapat menyebutkan aku adalah anak mama papa, walaupun sebagian besar wajah dan air mukaku adalah milik wanita berusia 48 tahun yang telah membawaku hadir ke dalam dunia ini.

Perhatikan saja dahiku, lebar, menonjol, dengan sedikit bekas jerawat persis seperti jidatnya. Kata orang memiliki jidat seperti ini berarti aku adalah anak yang pintar, kata orang dulu. Tapi, zaman ini banyak orang dengan tempurung dahi besar dengan bunyi nyaring kalau dijitak, seperti tong kosong nyaring bunyinya.

Turun sedikit, akan terlihat dua baris alis bagai ulat bulu. Beruntungnya aku memiliki alis setebal papa, terlihat cantik saat aku mengaturnya. Apalagi ditambah dengan sepasang mataku yang bulat dan besar, warnanya pun tak hitam, menuju cokelat tapi tak seterang milik orang bule. Lagi-lagi ini aku dapatkan dari bidadari yang menyamar sebagai ibuku. Di ujung mata kiriku terdapat sebuah kawah kecil, terkadang aku sebal melihatnya walaupun bisa ditutupi dengan foundation lubang ini tetap terlihat. Lubang kecil itu terbentuk karena penyakit cacar yang aku derita saat aku masih berusia 4 tahun, penyakit kulit yang meninggalkan bekasnya hampir di seluruh tubuhku. Masih di bagian mata dan ini adalah salah satu bagian yang membuat mataku terlihat sedikit sayu. Bulu mata. Bulu mataku lurus dan jatuh turun seperti bulu mata salah satu boneka di sesame street. Ya, mirip sekali dengan bulu mata si gajah itu. Sampai-sampai ini jadi bahan tertawaan teman-teman dekatku yang memanggilku dengan mata layu. Tapi, kebanyakan orang mengatakan mereka mencintai mataku, indah dan polos katanya, tak bisa berbohong dan menutupi apa yang aku rasakan dari dalam hati.

Kemudian, melihat hidungku boleh aku katakan aku sedikit tak suka cupingnya, karena sudah bagus hidungku mancung tinggi dengan tulang penyangga yang rapih dari hidung mama, kenapa bagian depannya harus bulat seperti punya papa? Tak sempurna? Bukan, itu kombinasi cinta kata mereka.

Dari semua bagian wajahku, tulang pipiku adalah salah satu bagian favoritku. Walaupun ada (lagi-lagi) titik-titik bekas jerawat disana tapi banyak yang tak memilikinya. Ya, tulang pipi bulat tinggi seperti punyaku dan lagi-lagi ini adalah warisan indah dari mamaku. Jika aku tersenyum tulang pipi itu akan mengangkat sempurna, namun aku tak suka jika tersenyum tanpa memperlihatkan gigiku. Rahang atasku mungkin sedikit maju dan akan tampak sekali jika aku terlalu kurus, namun dengan berat badan yang ideal saat ini dan pipi sedikit gembil deretan gigi indahku akan mempercantik senyumanku. 

Ada satu gigi favorit yang memiliki keindahan tersendiri saat aku tersenyum, gigi taring sebelah kiriku. Perhatikan saja saat senyumku mengembang selebar layar, itu manis sekali. Dan aku suka jika diriku tertawa dengan lepas, aku juga suka orang-orang yang dapat tertawa lepas. Geligi mereka akan terlihat sempurna menyempurnakan tawa mereka. Aku tak suka tersenyum tanpa gigi karena bibirku sedikit tebal, seperti bibir papa. Tapi, kata temanku bibirku ini seksi, seperti lemon. Lemon lips ia menyebutnya. Entahlah, bagaimana imajinasinya dapat membayangkan bibirku seperti lemon.

Aku tak memiliki dagu berbelah seperti idaman orang kebanyakan dan lagipula aku tak menyukainya. Aku memiliki bentuk dagu yang standard dan jika melihat seluruh bentuk wajahku, akan sangat nampak bentuk bulat telur. Ditambah lagi dengan beberapa bekas jerawat dibawah daguku, seperti tahi lalat saja dan itulah menambahkan keelokan wajahku yang sudah diciptakan Tuhan dengan sempurna. Dan, inilah aku dan wajahku. Bukti cinta Ayah dan Ibuku yang berpadu menjadi satu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar