Rabu, 29 Februari 2012

Pendapat saya tentang galau..


Sedikit bingung dengan zaman sekarang, apalagi sejak kemunculan kata galau.. #galau

Kenapa? Dulu, begitu banyak orang berkomentar mengenai apapun dengan sebuah kalimat, gak pernah tuh dibilang galau #galau

Dulu, ketika orang mengungkapkan perasaannya dengan kalimat-kalimat kiasan rasanya biasa saja, biasa saja #galau

Bahkan sebagian besar dari kata-kata mereka menjadi sebuah tulisan maha karya, siapa yang gak kenal Gie, W.S.Rendra, Kahlil Gibran.. #galau

Nah, kalau dulu setiap tulisan dapat diilhami dari sebuah perasaan yang mereka rasakan atau perasaan yang tersirat di sekitar mereka #galau

Bukan hanya cinta walaupun kebanyakan tentang cinta, tetapi cinta pada pasangan, teman, pohon, ortu, benda, Tuhan, semua cinta kan? #galau

Zaman sekarang, di era mainstreemnya si galau, apa-apa dibilang galau.. #galau

Nulis "laper.. Enaknya makan sama siapa yaa.. " « Ini disebut galau.. #galau

Ketika nulis " hujan, airnya menetes dan aku teringat akan hari itu" ini juga galau. Padahal gatau waktu itu penulisnya kebajiran #galau

Nah, menulis "melihat wajahmu.. Walaupun hanya sesaat bertatap pandang, kau menyejukkan hati, hilang luka seribu duri.." Ini #galau detected

Padahal yang dimaksud penulis adalah penciptanya, Tuhan yang maha esa, Tuhan Yesus, Allah, Budha, apalah.. Nah, ini dibilang galau #galau

Belum lagi ketika ada seseorang yang mengikrarkan cintanya, mungkin memang pasangan yang dimaksud tidak tahu..ia hanya mengungkapkan #galau

Pernah baca survey apa gitu di internet, ternyata pelampiasan yang disebut kegalauan ini memiliki dampak positif terhadap psikis #galau

Disitu ditulis kalau menuliskan perasaan yang sedang dialami itu menurunkan tingkat depresi terhadap suatu keadaan. #galau

Dan thank God banget semakin banyak media sosial yang memfasilitasinya sehingga orang dapat melampiaskannya. #galau

Seperti salah satu profile blog atau media sosial lain yang biografinya menuliskan "lebih baik menulis daripada bunuh diri" #galau

Saya setuju dengan hal itu! Siapa yang tahu tingkat depresi orang.. #galau

Siapa yang tahu tindakan apa yang akan dilakukan orang itu setelah ia menulis perasaannya, atau memilih untuk diam #galau

Orang yang menuliskan perasaannya saja masih banyak yang mengakhiri hidupnya, lalu mereka yang diam? Minimal stres. #galau

Berbagi, mereka, kami, kita, hanya berbagi. Manusia butuh berbagi, tidak hanya senang, tapi susah juga. #galau

Jangankan hal yang susah, menulis tentang hal yang senang saja bisa dibilang galau #galau

Contohnya.. " Biarin deh hari ini cacat, yang penting matahari terus bersinar! Untuk aku.. #bersyukur " ini bisa dibilang #galau

Nah, sebenarnya galau itu ada batasannya gak sih? #galau

Tapi, kembali ke penulis-penulis yang saya sebutkan tadi, seandainya saja semua orang menganggap dia aneh, orang galau.. #galau

Dan semua orang meremehkan tulisannya, mengenai kegalauan, gakkan ada itu puisi cinta mereka yang terbit dan terkenal sampai sekarang #galau

Kalau sudah begitu, hilanglah karya-karya sastra negri ini. #galau

Sebagian memuja mereka, sebagian menganggap mereka adalah manusia yang aneh. #galau

Tulisan mereka tidak melulu tentang galaunya cinta, tetapi tulisan mereka tentang cinta banyak melahirkan karya. #galau

Nah, sebenernya hanya aku atau sebenernya banyak yang merrasakan bahwa kata "galau" itu konotasinya negatif? Apa senegatif itu? #galau

Intinya si mainstreem galau ini sudah merajai media sosial kita, mungkin tanpa sadar pikiran kita. #galau

Gak dosa sih galau, tapi ya itu.. Berasa negatif aja kalau ada yang nyebut kata galau. #galau

Ada waktunya senang, ada waktunya sedih, ada waktunya berbagi, ada waktunya menyimpan, ada waktunya tertawa, ada waktunya menangis #galau

Semua ada waktunya, intinya galau itu lagi terkenal aja. Sebentar lagi masa mainstreemnya juga ilang kata temen saya #galau

Dan gak setiap saat orang galau, jika memang begitu, biarkanlah. Mereka, kami, kita butuh penyaluran akan setiap masalah. #galau

Hanya saja gaya kita berbeda, saya mengungkapkan dengan cara saya, dan orang lain mengungkapkannya dengan gayanya sendiri #galau

Seperti saya mengungkapkan impian saya akan pendamping atau pun kriterianya, ini impian saya yang saya bagi #galau

Teringat twit saya pagi tadi tentang dia yang ada di mimpi, dan mimpi-mimpi saya tentang dia. Saya bagikan dan saya tidak galau #galau

Lihat saja mereka yang membagikan impiannya dan sekarang mereka berhasil, itu bukan karena mereka galau, mereka membagikannya #galau

Baik lewat tulisan, lagu, atau karya yang lainnya. Saya bisa bilang, pak mario teguh itu orang tergalau! #galau

Tapi dia bukan sembarang galau, kalau galaunya dia, galau akan cinta, cinta manusia, cinta tanah air, cinta masa depan #galau

Nah, cara penyampaiannya saja yang berbeda. Itu dia namanya seni. Seni dalam merangkai kata. #galau

Intinya, apapun tulisannya tidak semua itu isinya galau, sedangkan galau saja arti jelasnya masih tidak dapat diungkapkan. #galau

Kadang itu hanya pelampiasan perasaan saat mata memandang suatu kejadian, pikiran sedang melayang, atau hati sedang merasakan. #galau

Jujur kadang gak suka dibilang galau, itu hanya kiasan, belum tentu saya sedang merasakannya. #galau

Namun, apabila ke-galau-an saya merusak masa depan anda, silahkan protes saya. Tidak ada batasannya. #galau

Dan ini pilihan saya, daripada saya diam kemudian diam-diam hilang. Lebih baik diungkapkan. #galau

Toh, beberapa pengungkapan saya menjadi hasil karya, orang yang dituju pun senang. ;) #galau

Sebagai penutup, setiap tulisan memiliki maknanya sendiri. Galau atau tidak, itu hanya perbedaan sudut pandangnya saja. #galau

Selamat menulis, mengungkapkan, dan membagikan. Daripada bunuh diri dan penuh-penuhin neraka. #galau

Ini pendapat saya, jika berbeda dengan anda, terimalah karena kita punya isi kepala yang berbeda namun tidak merugikan. #galau

Selamat berpendapat tentang galau, ini galau dari sisi saya, kalau kamu? #galau #akhirdaritweetabuser

Senin, 27 Februari 2012

Ada alien di kelas!

Ini gatau gimana awalnya, saya mulai kembali mengenang mantan saya UltraMan Gaia yang temenannya sama alien dan ketemu temen-temen yang mulai membicarakan dan mengangkat tema alien. 

Nah, mereka pun suka tiba-tiba muncul di dunia. Alien-alien kecil ini.

Hari ini lucu banget ngeliat tingkah anak-anak waktu ngeliat benda ini! Benda ini bisa membuat anak-anak heboh dan semua rebutan buat meluk dia. 

Pagi ini diawali dengan beberapa anak yang heboh dengan alien ini, hijau kecil, dan mereka membuka tutup kepalanya. Bahkan ada sebagian anak yang mencoba memasukkan kepala bahkan kaki ke badan alien ini. Mendadak semua menjadi rajin untuk menjaga kebersihan. 
Karena Alien ini.

Sampai-sampai aku ngeluarin dia dari kelas supaya anak-anak gak bermain terus sama dia! mengganggu kelas saja.

Lalu, setelah anak-anak harus berpisah dengan alien ini, masih ada saja yang penasaran dan mereka bermain bersama..

cekidot!

Jojo lagi nungguin papi jemput

Maih sempet poto dulu sama Miss
Jojo kaget!! 
*TRING!* Dia datang, Alien hijau!

???!!!###$##%$^*&*()

"Hey Raven, look at thahis thing!"

"Hellow?" , Raven: Be careful Jojo!

Raven: "Just close his head!" 

Okei, Jojo is home, let's play alien!

Haa?? Haa?? He's talking to me

HEELLP!!!

 
Heellppp!!!

okei, am givap!


Minggu, 26 Februari 2012

Naik kelas


Kepada Tuhan yang memberikan aku kesempatan untuk menyampaikan keluh kesahku.
Tuhan, hari ini hari Minggu dan aku sudah menyempatkan diri untuk menjumpaimu, bukan, aku selalu merindukan hari ini walaupun ini berarti besok adalah hari Senin, hari dimana aku benar-benar ingin berlari dan mempercepat langkahku untuk pergi mengunjungi Jumat yang menantiku untuk pergi bersama Sabtu dan aku akan menemuiMu dihari Minggu.
Tuhan, Tuhan tau sendiri kan bagaimana kekelaman baru-baru saja meliputi hidupku. Dalam sekejap aku menjadi setan yang bangkit dari dalam kubur! Bukan karena apa-apa tapi karena semua yang menumpuk di dalam hati ini. Tuhan, ini menyakitkan, iya.. menyakitkan untukMu dan untukku.
Kepada Tuhan yang memberikanku kesempatan untuk marah dan kesal.
Tuhan, aku bingung sama maunya Tuhan, sama maunya aku juga. Ya, kami manusia memang suka banyak maunya tapi.. tapi.. (lalu terdiam, dan jika ku lanjutkan aku hanya akan mencari-cari alasan). Aku hanya ingin merasa dilibatkan, apa itu salah? Apa itu membuat ku sombong hingga Kau membiarkan aku merasakan sakit ini?
Kepada Tuhan yang memberikanku kesempatan untuk menangis.
Tuhan, akhirnya saat itu datang juga, saat dimana aku harus mengakui bahwa aku sakit karena ulah mereka. Aku berkali-kali membulatkan tekad dengan mengepalkan tangan dan meneguhkan hati untuk berkata bahwa mereka kejam, tapi masih dengan bahasa yang sesuai dengan karakter yang ada di dalam diriku, terlalu lembut mungkin, atau bisa terlihat terlalu membingungkan, atau terlalu sombong? Aku mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan apa yang ingin Kau sampaikan melalui aku, tapi aku sendiri masih belum berdamai dengan diriku dan mereka, terlebih padaMu!
Kepada Tuhan yang memberikanku kesempatan untuk berfikir kembali.
Satu jam, dua jam, tiga jam berlalu. Melalui kedua orang ini Kau mengingatkan aku kembali untuk merendahkan hati. Jangan sampai terjebak dalam keinginan untuk tinggi daripada kepala-kepala di atasmu. Bukan, Tuhan! Aku bukan mau sombong, aku hanya ingin bisa seperti yang lain.. aku ingin menunjukkan aku juga bisa, waktunya sudah mau habis Tuhan (lalu termenung, inikah kesombongan? bukan Tuhan..bukan.. menghela nafas). Sempat aku berfikir hanya karena hal ini, Tuhan tolong bantu aku memafkan mereka dan ketika aku bertobat minta ampun atas setiap kata-kata kasarku yang kuteriakkan di dalam hati hampir beberapa hari ini, panggilah aku Tuhan, agar aku tidak lagi jauh dariMu (lalu berfikir betapa mudahnya hidup ini jika seperti itu).
Kepada Tuhan yang memberikanku kekuatan untuk menjalani semua ini.
Tuhan, sempat aku takut karena setelah masalah berat yang terakhir kali Kau ujikan padaku, aku tak lagi merasa aku perlu menangis dan naik kelas, naik kelas karena aku sudah melewati satu lagi ujian untuk memperbaiki hidupku dan membuat hidupku menjadi sesuatu yang penuh makna. Aku takut ketika terfikir olehku bahwa aku telah jauh dariMu, kita bahkan tak pernah lagi berbincang mengenai hariku. Maaf Tuhan, aku tetap menyapaMu, mungkin sekedar, Kau tahu itu. Tapi, kemudian ketika masalah ini datang lagi, kau ingin aku naik level. “Sudah saatnya Ninta, kamu harus naik level lagi, jangan berdiam diri di kelas ini saja, kamu harus naik kelas!”
Kepada Tuhan yang tak pernah melepaskan tanganNya yang kekar untuk menggenggam tanganku, yang kecil, dan ingin lari ini.
Tuhan, hari ini dengan senyum kecil ini aku berani mengatakan terimakasih, mungkin saat aku menjalankan pelayananku hari itu, setiap kata-kata yang ku keluarkan membuat aku sendiri berfikir. Walaupun orang yang menyakitiku merasa bahwa dia sudah bekerjasama denganku, dan aku tidak merasakan itu dan malah membantahnya dalam hati, setidaknya aku belajar untuk merendahkan hatiku, harga diriku, merendahkan idealismeku, merendahkan karakterku untuk akhirnya suatu hari aku akan naik kelas dan dapat melewati padang rumput yang wangi dengan aliran angin yang lembut dan tertawa lepas atas kemenanganku melawan egoku.
Dan aku berkata, terimakasih Tuhan, semoga aku bisa naik kelas lagi dan lagi.

Sedikit hadiah untuk Pohon terindah di dunia


Sedikit hadiah untuk Pohon terindah di dunia
Sedikit hadiah untuk Pohon terindah di dunia *karena dia bisa berkata-kata
itu akan lebih baik dalam penjelasannya. Selamat ulang tahun Nico.
ada sedikit hadiah yang bisa aku berikan, namun bukan sebuah permata atau hujan agar Nico bisa menari di dalamnya. 
“… karena bagi pohon masih ada harapan apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh. Apabila akhirnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu, maka bersemilah ia, setelah diciumnya air, dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai. “
Untuk Nico, temanku, pohon baruku.. hiduplah seperti pohon yang sampai mati dapat menjadi sesuatu untuk dinikmati, bukan untuk diri sendiri, namun untuk orang lain, biarpun ditebas ia tak membalas, ia memberikan kehidupan baru dengan menumbuhkan tunas bagi kehidupan. Ketika tunggulnya mati, ia tidak mati secara utuh, bersatu dengan debu dan terus bersemi, hidup kembali dalam wujud dan sikap yang terus diperbarui. Ketika akhirnya kematian itu datang, semai yang ditabur takkan memudar dalam ingatan. Karena itu, hiduplah seperti pohon.
“…tetapi bila manusia mati, maka tak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia? Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering, demikian juga manusia berbaring dan tindak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya. Jika manusia mati, dapatkah ia hidup lagi..”
Life is short. Happy belated day Nico! :)

Kamis, 23 Februari 2012

Ini tentang mereka yang berbeda

Hanya harus berhati-hati dengan mereka yang O dan B, karena aku adalah A dan bukan AB.

Sebuah Tanya - Gie


SEBUAH TANYA
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
Selasa, 1 April 1969

Senin, 20 Februari 2012

Ini tanda aku masih hidup

Terbungkus di dalam dua lembar kehangatan, karena panas dalam diri.

Berbalut sebuah keteduhan malam yang siap menjaga tanpa ia lelah.

Dan terbangun ketika pagi sayup-sayup memanggil.

Tersadar, dan melihat keadaan tubuh lemah semalam, aah, aku masih sama seperti tadi malam.

Bukan, Bukan ingin berubah menjadi wolfy, vampire, cinderella, atau Belle yang menjadi favoritku.

Aku inginnya bangun dengan kondisi seperti biasanya setiap hari. Namun, pagi ini aku lemah.

Tapi, itu hanya difisik saja. Coba saja kalahkan hatiku! Jika kau sanggup!

Aku adalah wanita yang ketika aku membuat keputusan, takkan lagi aku mau menoleh ke belakang.

Bukan karena penyesalan, tetapi karena aku sudah memutuskan. Apapun yang aku rasakan ke depan hanyalah dampak dari setiap keputusanku.

Mungkin tidak mudah bagiku meletakkan tinta diatas air yang ketika ia jatuh akan memberikan warna baru dalam sebuah bejana.

Tetapi, ketika aku berani menitikkannya, dengan berani aku menghadapi warna baru dalam hidupku! Ini aku.

Berdoa dan mengucap syukur ketika terbangun dengan tubuh yang lemah, dingin.

Tetapi bersyukur aku masih hidup dan terbangun tanpa kehilangan selembar selimut.
Pikirkan bagaimana mereka yang setiap hari dalam keadaan tubuh yang segar tetapi harus tidur langsung beratapkan langit dan berselimut embun, hangat. Walaupun demikian, mereka masih bisa bersyukur.

Dan ketika pagi hari pun aku masih bisa merasakan cinta, cemburu, dan rindu, ini tanda bahwa aku masih hidup.