Jika ditanya aku mirip
siapa, aku dapat menyebutkan aku adalah anak mama papa, walaupun sebagian besar
wajah dan air mukaku adalah milik wanita berusia 48 tahun yang telah membawaku
hadir ke dalam dunia ini.
Perhatikan saja dahiku, lebar, menonjol, dengan
sedikit bekas jerawat persis seperti jidatnya. Kata orang memiliki jidat
seperti ini berarti aku adalah anak yang pintar, kata orang dulu. Tapi, zaman
ini banyak orang dengan tempurung dahi besar dengan bunyi nyaring kalau dijitak,
seperti tong kosong nyaring bunyinya.
Turun sedikit, akan terlihat dua
baris alis bagai ulat bulu. Beruntungnya aku memiliki alis setebal papa,
terlihat cantik saat aku mengaturnya. Apalagi ditambah dengan sepasang mataku
yang bulat dan besar, warnanya pun tak hitam, menuju cokelat tapi tak seterang
milik orang bule. Lagi-lagi ini aku dapatkan dari bidadari yang menyamar
sebagai ibuku. Di ujung mata kiriku terdapat sebuah kawah kecil, terkadang aku
sebal melihatnya walaupun bisa ditutupi dengan foundation lubang ini tetap
terlihat. Lubang kecil itu terbentuk karena penyakit cacar yang aku derita saat
aku masih berusia 4 tahun, penyakit kulit yang meninggalkan bekasnya hampir di
seluruh tubuhku. Masih di bagian mata
dan ini adalah salah satu bagian yang membuat mataku terlihat sedikit sayu.
Bulu mata. Bulu mataku lurus dan jatuh turun seperti bulu mata salah satu boneka
di sesame street. Ya, mirip sekali dengan bulu mata si gajah itu. Sampai-sampai
ini jadi bahan tertawaan teman-teman dekatku yang memanggilku dengan mata layu.
Tapi, kebanyakan orang mengatakan mereka mencintai mataku, indah dan polos
katanya, tak bisa berbohong dan menutupi apa yang aku rasakan dari dalam hati.
Kemudian, melihat hidungku boleh aku katakan
aku sedikit tak suka cupingnya, karena sudah bagus hidungku mancung tinggi
dengan tulang penyangga yang rapih dari hidung mama, kenapa bagian depannya
harus bulat seperti punya papa? Tak sempurna? Bukan, itu kombinasi cinta kata
mereka.
Dari semua bagian
wajahku, tulang pipiku adalah salah satu bagian favoritku. Walaupun ada (lagi-lagi) titik-titik bekas jerawat disana tapi banyak yang tak
memilikinya. Ya, tulang pipi bulat tinggi seperti punyaku dan lagi-lagi ini
adalah warisan indah dari mamaku. Jika aku tersenyum tulang pipi itu akan
mengangkat sempurna, namun aku tak suka jika tersenyum tanpa memperlihatkan
gigiku. Rahang atasku mungkin sedikit maju dan akan tampak sekali jika aku
terlalu kurus, namun dengan berat badan yang ideal saat ini dan pipi sedikit
gembil deretan gigi indahku akan mempercantik senyumanku.
Ada satu gigi favorit
yang memiliki keindahan tersendiri saat aku tersenyum, gigi taring sebelah
kiriku. Perhatikan saja saat senyumku mengembang selebar layar, itu manis
sekali. Dan aku suka jika diriku tertawa dengan lepas, aku juga suka
orang-orang yang dapat tertawa lepas. Geligi mereka akan terlihat sempurna
menyempurnakan tawa mereka. Aku tak suka tersenyum tanpa gigi karena bibirku
sedikit tebal, seperti bibir papa. Tapi, kata temanku bibirku ini seksi,
seperti lemon. Lemon lips ia menyebutnya. Entahlah, bagaimana imajinasinya
dapat membayangkan bibirku seperti lemon.
Aku tak memiliki dagu
berbelah seperti idaman orang kebanyakan dan lagipula aku tak menyukainya. Aku
memiliki bentuk dagu yang standard dan jika melihat seluruh bentuk wajahku, akan
sangat nampak bentuk bulat telur. Ditambah lagi dengan beberapa bekas jerawat
dibawah daguku, seperti tahi lalat saja dan itulah menambahkan keelokan wajahku yang
sudah diciptakan Tuhan dengan sempurna. Dan, inilah aku dan
wajahku. Bukti cinta Ayah dan Ibuku yang berpadu menjadi satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar