Senin, 24 Februari 2014

Penawaran Paket Tour Masa Depan

Selamat siang tuan calon pemilik hati dan hidupku,

Sedang di mana? Mencari aku kah?
Atau sedang menjalani hidup bersama yang lain, yang nantinya akan membentukmu hingga kau akan bertemu aku.

Aku ingin menawarkan sebuah paket perjalanan hidup untuk Anda dan calon buah hati kita di masa depan. Namun sebelumnya, aku di sini masih berpikir dan berjuang untuk menjadi yang terbaik untukmu kelak.
Berfikir dan belajar akan setiap kekuatan serta kelemahanku agar dengan semuanya itu nantinya akan membawamu pada suatu perjalanan panjang yang akan sangat sangat disayangkan jika kau tak melewatinya bersamaku.

Ya, aku menyediakan paket perjalanan panjang bersama-sama dan pastinya dengan tour guide ANDAL yang akan memandu kehidupan kita nantinya. Kamu, sudah menyiapkan apa? Sampai saat ini, aku terus belajar untuk menjadi pengendali diri, belajar menjadi penggoda untukmu, belajar menjadi seorang psikolog yang baik untukmu, belajar menjadi seorang penggali tambang yang sabar dan tak mengenal waktu untuk mendapatkan berlian, menjadi seorang peri dan bidadari, belajar menjadi pendamping dan penopang yang tepat untuk mu yang akan bergumul lebih keras daripada aku. Ibarat seorang atlet, saat ini aku sedang belajar menjadi seorang pelatih yang baik agar siap memaksimalkan kemampuanmu dan mendukungmu menang atau kalah.

Itu sudah jadi jalan hidupku saat aku menjadi seorang aku. Wanita toh diciptakan untuk semua itu. Jika aku tidak memaksimalkan semuanya itu, bagaimana aku bisa membahagiakanmu? Ya, karena menikah adalah membahagiakan, menguatkan dan mendampingi hingga mati.

Di mana pun kamu berada, maksimalkan waktumu. Maksimalkan kesempatan yang ada hingga ketika dunia menuntut kita bertemu. Aku menunggumu sampai aku akan mengungkapkan "I were, i am and i will love you."

For my Hero,

From your Angel.

Selasa, 18 Februari 2014

Untuk Aa' Supir Sarijadi-St.Hall

Kepada Aa' supir angkot Sarijadi-St.hall
di Bandung

Selamat pagi hai para supir yang berburu dengan waktu. Apa kabarmu?
Lama tak menumpang di dalam mobil berwarna biru yang selalu menemaniku kemanapun dulu.
Sejak kuliah sampai bekerja. Sejak aku bangun subuh hingga gulita menuju terang kembali aku sudah aku lewati bersamamu para supir yang setia.

Bagaimana setoran hari ini? Ah, aku tak peduli dengan semua itu sebenarnya.

Aku sebenarnya rindu suasana di dalam mobilmu yang aku tumpangi sambil membaca buku. Di pojok kanan atau kiri, belakang. Dengan bangku yang untuk 7 atau 5 orang itu. Padahal harusnya tak sesempit itu.

Boleh aku absen satu-satu? Apa kabarnya Aa' yang menggunakan kacamata berambut ikal? Masih sering berwisata bersama keluarga saat liburan? Hihihi.. Bagaimana juga dengan para Aa' yang muda-muda itu? Aah.. ya, dan dengan bapak supir yang terkenal galak dan bisa mengejar-ngejar penumpangnya hanya karena kurang 500 rupiah saja? hahaha.. Aku rindu dengan semua itu.

Apa kabarnya bapak berwajah indo jepang itu? Apakah Anda masih menjadi supir angkot?

Aku sangat rindu dengan suasana kekeluargaan yang terjadi di dalam angkot. Pada supir-supir yang ditelepon istrinya bertanya di mana keberadaannya. Pada supir-supir yang mengajarkan anaknya tentang arti perjuangan hidup di jalan. Tentang bagaimana mereka harus tetap bersyukur walau menjadi anak supir angkot namun tetap bisa sekolah. Pada mereka yang saling membantu menyemangati supir lain yang penumpangnya masih saja kosong di siang hari.

Aku rindu membayar dua ribu rupiah yang sekarang naik lima ratus karena harga bbm yang ikut melambung saat itu. Aku rindu melamun di sudut jendela mobil kecil berwarna biru muda itu. Aku rindu meneriakkan "kiri A'" saat aku harus mengakhiri candaku di dalam mobilmu bersama teman-teman.Semoga kalian tidak merasa terganggu akan suaraku yang begitu total saat tertawa. :)

Oke, sekian dulu lah surat rinduku untuk kalian para supir satu kompleksku.. Para Aa' supir angkot tetap semangat ya! Tunggu aku di Sarijadi, yaa :)

Selasa, 11 Februari 2014

Surat Simpanan

Untuk kamu, penyimpan hatiku.

Hari berganti meninggalkan apa yang kita sebut kenangan. Pantaslah disebut kenangan karena manis memang rasanya. Jika tidak, luka namanya.
Sampai saat ini seluruh tubuhku masih dirasuki oleh separuh dari nafas yang kau hembuskan dalam setahun terakhir kehidupanku. Masihkah kau hembuskan nafas untukku melalui doa-doamu?
Shalat, masihkah kau melakukannya? Atau seperti yang kau katakan bahkan dalam seluruh hidupmu kau akan mendoakanku, tak harus kau berlutut dan bersujud. Bahkan hati dan pikiranmu selalu sujud untuk memohon yang terbaik untukku.

Tahukan kamu kalau aku akan tetap mencinta?
Tahukan kamu kalau dalam tiap relung hanya namamu bertahta?
Satu, dua, bahkan tiga hingga 50,34 persen jumlah penduduk laki-laki di Indonesia, tak ada yang bisa merubuhkan menara yang sudah ku bangun untuk menyimpan kamu dan aku.
Aku tak menyimpannya di bawah, agar tak mati ia dimakan serangga pemusnah. Aku taruh dia tinggi agar bisa kupandangi, bila hilang tertiup angin biar harum dan sarinya terbang dan kembali menumbuhkan cinta.

Jadi, hingga kini.. walau kita jauh, kamu percaya kalau kita dekat?
Ya, sebatas doa. Itu mantera nya. Kita sepakat dengan itu. 

Dari aku, yang menyimpan cintamu.

Minggu, 09 Februari 2014

Maaf Untuk Hari

Hai, bagaimana rasanya terlewati?
Sedihkah? Merasa tak diacuhkan kah?
Bukan aku tak menyayangi kalian selayaknya aku menyayangi mereka lima lainnya.
Aku ingin sekali memperlakukan kalian sama, adil katanya.
Namun aku tak punya daya untuk masuk karena dijaga begitu ketat.
Bukan aku tak cinta kalian, bukan aku tak ingin bertemu kalian.
Tapi, aku memang tak dapat mengirimkan surat cintaku saat aku melewati kalian berdua.

Tapi, aku pikir..
Aku lebih cinta pada diriku dan Tuhanku.
Aku lebih senang jika menghabiskan waktuku di luar sana, rasanya seperti menikmati secangkir cokelat panas.
Yang ku seruput perlahan hingga meninggalkan noda sedikit di ujung bibirku.
Sehingga lama dan sangat lama ia baru habis.
24 jam begitu tak terasa.
Jika memilih, aku akan memilih menghabiskan waktu bersama yang lain untuk menikmati Dia.
Aku begitu tenggelam dalam cintaNya sehingga ingin aku berlama-lama di dalam rumahnya.
Bukan diam dan menatap dan berfikir kalimat apa yang ingin ku sampaikan pada kalian berdua.

Maafkan aku.
Maaf jika padamu, Sabtu dan Minggu, aku tak bisa mengirimkan surat cintaku.
Warung internet begitu jauh dari peraduanku, dan sinyal sangat tak bersahabat di bawah atap rumahku.

Rabu, 05 Februari 2014

Surat Basa Basi

Teruntuk:
Kamu, yang tadi malam menggunakan baju kemeja kotak-kotak dengan kerah hitam beserta celana dan sepatu berwarna cokelat yang warnanya serasi dengan warna kulitmu.

Ehm.. sebentar.. iya, kamu, yang memiliki senyum termanis dengan deretan geligi putih rapi. Kamu, yang memiliki bibir dengan ukuran yang pas tidak tebal tidak terlalu tipis dan selalu basah. Kamu, yang merasa mungkin kamu adalah manusia termanis yang pernah ada. Kamu, yang memiliki alis tebal bagaikan barisan semut berjajar rapi yang menambah indah sendu matamu.

Kamu, yang memiliki suara berat dan sedikit serak. Kamu, yang juga pemain gitar dan menjadi backing vokal, tak terbayang bagaimana indahnya suaramu saat bernyanyi karena aku memang belum pernah mendengarnya. Kamu, yang semalam membaca narasi dengan percaya diri. Kamu, yang sedang mencari sesuatu yang lebih baik untuk masa depanmu di tempat yang baru.

Kamu, yang katanya belum pernah aku puji. Kamu, iya kamu yang bilang iya saat aku menawarkan untuk mengantarkanmu ke parkiran tapi akhirnya kita hanya saling berucap dan bertatap tanpa bergerak. Kamu, yang sempat mengusap-ngusap bahuku saat menunjukkan pada yang lain bagaimana perlakuan orang-orang di kantor.

Kamu, yang selalu melemparkan tatapan tajam dan dalam saat melihatku, entah mungkin saat melihat orang lain juga tapi aku tak peduli karena jelas saat aku makan kau melempar tatapan itu. Kamu, yang selalu mau memberikan tumpangan padaku. Kamu, yang lama tak pernah aku lihat rupanya di kantor karena banjir yang memisahkan akses jalan kita.

Aku ingin tanya, ehm...........kamu lagi ngapain?

Ah, aku tau aku tak pernah bisa basa basi tanpa ketahuan kalau aku pun ada hati sama kamu. Jadi, kapan bisa berbincang panjang seperti tadi malam lagi? Aku tunggu di lokasi shoting ya. Semoga kamu lolos untuk memerankan Benny. *Tos

Senin, 03 Februari 2014

Dear Connie (yang ke-1000 mungkin)

Dear Connie,

Mungkin sewajarnya aku panggil kakak atau mbak atau teteh. Oke, aku putuskan untuk memanggil kak Connie biar terdengar (sok) dekat. Kalau diingat-ingat sudah hampir 2 tahun aku follow twittermu. Berawal dari pertemuan saat gathering tahun kedua yang merupakan tahun pertama aku ikut event yang menuntut sebuah komitmen ini yang ternyata nggak cuma berteman atau pacaran bahkan menikah saja yang menuntut sebuah komitmen, menulis pun membutuhkannya.

Oke, sedikit flashback pertama kali ngeliat kak Connie ini agak nyentrik dengan tawanya yang riang dan lepas. Dengan baju hitam dan dalaman tank top, rambut terurai dan sebatang rokok. Pasti kakak nggak sadar kan kalau aku memperhatikan kakak sejak awal pertama bertemu (hahaha tenang aku bukan mata-mata atau stranger kok). Dan bukan kebetulannya lagi di tahun pertama waktu membaca surat di depan panggung aku membacakan print-an surat kakak.. waktu itu setelah suratku dibacain sama Denny giliran aku yang membacakan surat siapa yang aku pegang.

Menjadi followermu nggak pernah merasa terganggu, apalagi saat baca statement-statementmu tentang banyak hal. Banyak yang membuatku angguk-angguk geleng-geleng saat membacanya. Dan banyak kali aku juga ikut berfikir "Iya juga ya.. Iya juga sih..". Tentang bagaimana kau menceritakan papamu. Bagaimana ramalan-ramalan yang kadang membuatku tertawa saat membacanya di Bus TJ. Yah, tak ada ruginya sekedar menghibur diri. Aku juga suka memperhatikan avatar twittermu yang berganti-ganti dari yang nggak jelas sampai yang seimut sekarang. Aku cuma nggak habis pikir "Ooh.. kak Connie ini bisa bikin imut-imut juga?" hahaha...

Mungkin ini bukan surat pertama yang akan sampai ke twittermu nanti, tapi pastikan surat ini yang akan menempel di pikiran kakak. Aku suka caramu berterus terang tentang berbagai hal kak. Jujur dan lugas. Kadang pikiran-pikiran dan kalimat seperti itulah yang bisa membuat aku dan mungkin banyak lagi follower mu yang akan semakin terbuka pikirannya, tentunya ikut berfikir ya.

Nggak nyesel deh! Itu intinya. Terus berkarya ya kak. Dan selalu aku tunggu "Korannya Connie". :)
xox


twitter: @Dear_Connie

Penjaga Kecil, Bangunlah!

Kepada Tuhan, aku titipkan surat dan segenap kata-kata yang menjadi doaku untuk keponakan kecilku, Alvaro. Varo, bayi mungil yang baru saja lahir dan menjadi kebahagiaan yang telah dinanti-nanti oleh seluruh keluarga. Sayang, tahukah kalau kau begitu kami tunggu-tunggu?

Varo, hari ini Varo semakin sehat makanya Varo akhirnya bisa melewati proses operasi yang memakan waktu hingga 6 jam. Enam jam merupakan waktu yang terlalu lama untuk kami menanti keajaiban. Terlalu lama untukmu menyerahkan diri di tangan para dokter.Namun, aku tetap senang mendengar kau bisa bertahan sayang. Sampai saat ini aku belum bisa melihat dan memegang tubuh mungilmu sayang, tante nggak tega sayang.

Saat pertama mendengar berita kelahiranmu menjadi kebahagiaan yang luar biasa dan mendadak mendengar ternyata kau harus merasakan sesuatu yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Mendengar bagaimana jantungmu yang kecil harus bertahan dengan katup yang terganggu atau semacam kejadian langka lainnya dan bekerja ekstra keras untuk terus membuatmu mampu menjalani hari berikutnya di dunia ini. Varo, bertahan ya atas setiap tindakan dokter yang ingin menyelamatkan tubuh kecilmu, menyelamatkan hidupmu. Percaya dan teruslah berdoa dalam hatimu ya sayang. Tante dan teman-teman di sini juga terus menguatkan kedua orangtua mu yang dengan sabar dan tanpa lelah menyematkan namamu dalam doa sepanjang nafas mereka.

Varo, Varo tau nggak kalau kamu hebat banget. Varo masih berusia beberapa hari namun perjuanganmu melawan semua ini begitu menggugah hati kami. Varo jangan menyerah ya.. Karena tak sedetik pun pengharapan kami lepas untuk melihat Varo semakin sehat dan dapat bernafas dengan baik tanpa harus mengeluarkan cairan merah yang seharusnya mengalir dalam tubuhmu untuk mendukung kehidupanmu. Sabar ya sayang, tetap kuat Varo-ku. Setiap hari semenjak kelahiranmu adalah keajaiban. Percaya kan? Tante, orangtuamu dan banyak orang percaya dan selalu menantikan senyum kecil seperti saat pertama kelahiranmu. 

Malaikat kecilku Alvaro, bertahanlah. Kami ingin mendengar tangisanmu tanpa iringan tangis dan kecemasan kami. Alvaro Pethuel, seperti namamu yang berarti anak pertama yang menjadi penjaga yang bijaksana dan menjadi perpanjangan mulut Tuhan, kuatlah! Untuk menjadi seorang penjaga yang kuat menurutku terlalu dini untukmu mendapatkan "latihan" seperti ini. Tetapi, tak ada yang terlalu dini untukNya, pasti ada rencana untuk semua ini. Untuk mendapatkan kekuatan ekstra, kuat ya sayang. Varo hebat! Varo kuat!

Saat menulis surat ini, aku sedang menanti hasil pemulihan dari hasil tindakan para dokter, kekuatanmu dan pernyertaanNya pada kita akan selalu ada. Doa terus melantun dalam hati kami.Varo, jadilah kuat! Kami menanti senyummu sayang. Dan tante percaya, setiap apa yang terjadi dalam hidup Varo adalah yang terbaik untuk kami semua, you are a miracle in our life baby.

Kakak dan Mas, tetaplah berharap dan berdoa. Kalian tahu kalau aku dan kita semua mencintai Alvaro.

Twitter: @arpmks dan @neviponto

Minggu, 02 Februari 2014

Jodohkah?

Dear Angin, begitu biasanya aku memanggil namamu..
Kemarin, di tengah keriuhan sebuah restoran dan segudang tawa yang menjadi cemilan sore yang cerah itu tiba-tiba kau datang. Perlahan tapi pasti ku pandangi kamu, sosok yang dulu (entah masih) ku idamkan.
Dalam canda tawa yang tiba-tiba tak tau arahnya aku melihat dan tak percaya itu kamu. Kacau kalimatku ketika melihat bayangmu yang sampai detilnya pun aku tau dan kembali meyakinkan itu pasti kamu.

Lama tak bertemu, apa kabar? Tak berkurang sedikitpun perasaanku padamu. Rambutmu dipotong? Tidak gondrong lagi menutupi wajah mungil yang garang itu. 

Lurus terus melewatiku saat kau berjalan. Tak kau lihatkah sepasang bola mata ini mengikuti jalanmu? Baju hitam dan celana jeans, hmmm tampak lebih rapi dari yang dulu aku kenal. Jelas saja, saat sendiri dan memiliki pasangan tentu ada perbedaan. Bagaimana dengan perasaanmu padaku?

Bukan. Bukan perasaan lebih dari teman yang aku harapkan. Aku ingin tau apa kau masih ingin membenciku? Mungkin bukan benci, entah kata apa yang tepat menggambarkannya. Tapi yasudahlah, apa alasannya aku pun sudah tak perduli. Aku sudah tidak memimpikanmu setiap bulan, saat memimpikanmu adalah saat-saat di mana aku tersiksa karena kenyataannya bahkan mungkin kamu sudah lupa ada aku di sana. Tapi, ada yang perlu kau tau.. hatiku masih berdetak kencang saat melihat kamu. Mataku masih tak berkedip saat memandangmu. Dan pikiranku terus melayang ke masa dulu saat kita masih sering berdua.

Masih tak bernafas dengan teratur, otakku berfikir “menyapamu atau tidak?”. Aku takut. Sangat takut jika kau tak acuh padaku. Aku putuskan untuk diam, memandang dan menikmatimu. Bahkan menikmati cara berjalan dan rambutmu yang basah di bagian depannya saat kau melangkah keluar dari restoran itu.

Sore itu adalah soreku. Mungkin juga soremu. Jodohkah kita?
Aku akan terus menunggu saat Tuhan mempertemukan kita lagi.
Sampai bertemu lagi, semoga keberanianku ada saat itu untuk kembali menyapamu.