Jumat, 23 November 2012

Tuhan, lalu malam datang padaku, kembali menggurat sendu. Hilir mudik lalu-lalang bayangannya di mataku. Entah sampai kapan perasaan ini mengganggu. Ia dan aku sudah lama tak bertemu, jangankan bertemu membalas pesan pun ia tak mau. Apa ini akibat cinta? Apa ini yang namanya rindu? Tuhan, masih teringat bagaimana ia membuatku tertawa. Dia yang kembali membuat aku berani. Tuhan, lalu dimana dia sekarang. Ku tarik ulur rindu, ku hempas pintu kelabu, aku ingin bertemu.

HAPPY BIRTHDAY SONG FOR MONICA

I AWAKE WITH A SMILE IN MY FACE
I AWAKE WITH THE JOY AND HAPPINESS
‘COZ GOD MADE ME TODAY
‘COZ GOD MADE A PLAN FOR MY LIFE TODAY

chorus:
I CLOSE MY EYES AND THANKS TO YOU
I WISH A WHISPER FOR SOMETHING BETTER
AND NOW..

Reff:
THE BEAUTIFUL DAY
THE HOPEFUL DAY
THE AMAZING THAT WILL BE HAPPEND WHEN I BLOW THE CANDLE
FOR THE FUTURE DAY
FOR THE NEXT STEP OF MY LIFE
I THANK GOD FOR THE EVERTHING HAS DONE
HOW I THANK FULL TO YOU..

“HAPPY BIRTHDAY MONICA. THIS IS THE SONG I MADE FOR YOU. BUT, SORRY BECAUSE THERE’S NO MUSIC AT ALL. I CAN’T PLAY EVEN JUST ONE..”
Sedang merindu menoreh lagi lagu-lagu dulu
Mengurai sebait senja yang sedang mencengkram cakrawala
Tanpa malu mencuri sendu untuk menambahkan setitik nila dan sedikit ungu
Seperti hatiku..
Setelah itu akan menari kembali dalam rangkaian kata dan aksara
Tanpa harus mencinta.
Blue sky .. i see the blue sky
Wind blow .. sweet i taste like your breath in my mouth
Lips fly to the sun. I kiss him with the hot temperature of heart and mind..
Hup hap hup
Jump jump jump
I get my heart beat
Pop out .. Pop out
Hug and kiss
Like a strawberry bliss
Lover, friends, or nothing
I won’t thinking
It just like run and swim
In summer time..

Apa itu, bagikan padaku.

Ku hidangkan sebuah teh melati hangat untuk meringankan bebanmu, hiruplah dalam biarkan aromanya membuat otak mu perlahan tenang..
Sudah?
Letakkan kepalamu diatas pahaku, agar dapat ku belai kepalamu, tempat dimana semua beban itu berada.. Perlahan ku sapu dengan kasih sayang agar tersapu perlahan semua beban..
Lalu? Bagaimana harimu yang berat itu.. ceritakan padaku..
Kupeluk lembut tubuhmu yang terbaring. Sesekali ku kecup keningmu, ku bacakan mantra cinta untuk membunuh luka, lalu ku kecup kembali keningmu..
Berat. Inilah hidup.
Mengalir kata demi kata dari bibir keringmu. Perlahan mulai kau tutup mata seolah tak ingin menghadapi semuanya.. Kau balik badanmu dan merangkul lingkar pinggangku, seakan memeluk seluruh dunia agar tak melihat air mata dibalik kelopak indahmu itu.
Apa itu dihatimu, masih ada beban disana? Jangan ragu bagikan denganku. Aku ada untuk mendengarmu. Aku ada untuk memelukmu. Sepotong kekesalan dan secuil kepedihan, atau mungkin setangkup kegalauan disana? Apapun itu bagikan padaku aku ingin mencicipi sedikit demi sedikit hidupmu, sedikit hidupmu yang hanya beberapa bulan ini agar aku kenyang dan dengan rela melepas kepergianmu bersamanya..
Masih kau peluk aku, hangat, entah apa yang bisa ku berikan padamu. Seluruh tubuh, segenap hati, semampunya pikiranku melayanimu mengurangi berat bebanmu. Aku mencintaimu cinta.
Lalu kau mengangkat kepalamu, puas sudah kau menuangkannya dalam sebuah lantunan rindu dalam pelukku. Ku bacakan mantra cinta dan kembali ku kecup keningmu agar tak bersarang masalah itu disana, dan kembali ku lihat kau bahagia.

Anugerah di pagi hari

Sesaat mulai tercium semeriwing aroma manusia berkeliaran mengganggu hidung ini. Ahh, aku benci bekerja di hari Minggu pagi dan tidak berangkat dengan motor, which is artinya harus berdesakan naik angkot, but, it’s oke lah.

Dimulai dari seorang bapak dengan tas besar yang bergegas menuju sebuah terminal di Bandung, lalu masuk lagi dua orang ibu dan anak yang dandanannya agak..hmmm ya dempulnya cukup untuk menjadi adonan kue, dan beberapa penumpang lain yang baru saja berbelanja di pasar kaget didekat jalan itu. Tibalah seorang bapak dengan dua anak laki-lakinya memasuki angkot kuning tua ini. Mereka mengambil tempat duduk di paling belakang. Anak pertamanya kira-kira berumur lima atau enam tahun, anak keduanya sekitar dua setengah tahun. Bapak itu merangkul anak yang paling kecil dan anak tertuanya duduk berseberangan dengannya.
Awalnya aku tak begitu memperhatikan pola tingkah mereka. Yah, selayaknya penumpang angkot biasanya, duduk diam dan menghadap ke depan. Namun aku mendengar keceriaan mereka aku memutuskan untuk melirik sejenak.
Bapak itu sedang bermain dengan kedua anaknya seakan hanya mereka yang berada disini, lalu bapak itu menyuruh anak pertamanya menghabiskan jajanan sederhana yang mereka beli, ku lihat pakaiannya, mereka sepertinya baru saja berolahraga bersama, bukan orang yang berada, namun bahagia yang mereka tunjukkan benar-benar membuatku iri.
Tiba saatnya kami berhenti di lampu merah, cukup lama dan datanglah seorang pengamen jalanan menyanyikan dua buah lyric ..pergilah kasih kejarlah keinginanmu.. selagi masih ada waktuu….” hanya beberapa kali menyanyikannya dengan tubuh yang masih segar bugar ia mencondongkan tangannya untuk meminta imbalan atas suaranya yang pas-pasan itu. Tak ada yang memberi termasuk aku, yah,pura-pura saja tak melihat.. Namun anak bungsu bapak itu berusaha berjalan sambil dipegang oleh bapaknya memasukkan beberapa uang receh ke dalam gelas plastik pengamen itu. Setelah itu tak habis-habis bapaknya memeluk dan mencium anak itu dan berkata “hebat.. hebat..” dan mereka tertawa kembali. Tak lama mereka turun dari angkot yang sudah tak jelas apa aromanya ini, anak pertamanya turun “tunggu disitu Aa’..” lalu bapak itu membayar ongkos dan ku lihat ia terus merangkul sembari menggendong anak bungsunya sambil menyebrang jalan.
What a day.. Pagi-pagi sudah melihat sebuah kebahagiaan yang seperti itu rasanya… hmmmhh.. i don’t know. Thank God i still got that feeling :) that’s a lil’ grace from You.

CINTA DAN NAZAR

Aku Cinta.
Dia Nazar.
Dan ada Dia yang mencintai.
Kami berdua dicintai, ya Cinta dan Nazar.
Dia mencintai kami sama banyaknya.
Dia tak mau melepas keduanya.
Ya, Cinta dan Nazar.

Namun, siapakah yang terlebih besar di sana?

TAK ADA!

Tuhanlah yang terbesar dan Nazar ada bersamanya.

Jadi, tak ada yang dapat mengelakkan kenyataan bahwa Tuhan berperan penting dalam sebuah perjalanan cinta.

Dia tak tahu apa yang harus Dia perbuat.
Dia meinginkan Cinta namun Dia memiliki Nazar.
Dan Tuhan bersama Nazarnya.

Dan tanpa harus menebak, ku rasa kita semua tahu bagaimana akhir nya.

(masih) Ada Tuhan di Sana

Menutup mata dari sekitar yang melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Aku berjalan dalam kegelapan membawa lentera.

Satu persatu rupa-rupa manusia tak berupa sempurna melintas.
Setapak jalan tak beraspal dan berbatu penuh dengan cairan lengket yang entah apa ini baunya amis sekali.
Ternyata aku melewati daerah pelacuran, amis sekali. Setiap orang berbau amis, entah bau apa yang melekat pada tubuh mereka.

Mereka bagaikan berada dalam sebuah daerah yang terisolasi ku lihat diluar perbatasan, tanpa batas yang tertutup dan jelas setiap orang mencemooh mereka, berfikir negatif tentang apapun yang mereka perbuat karena mereka pelacur.
Entah pelacur baik atau jahat.

Namun, ada satu nafas yang terhirup olehku. Perlahan tapi pasti semakin banyak yang ku rasakan. Ini adalah Doa. Semakin kencang kurasakan hawanya.
Aku berlutut seketika, terperangah melihat setiap bait doa yang perlahan terbang bagai serpihan kristal menuju langit.
Disana ada doa untuk pengampunan, disana ada penyesalan, disana ada pengharapan, disana ada doa bagi bangsa, disana ada doa untuk kaum seperti mereka dan juga mereka tak lupa mendoakan orang-orang kaya dan berada di luar perbatasan mereka. Ada Tuhan disana.
Tersapu badai seketika tempat itu sunyi, berganti dengan perbatasan yang sangat jelas terasa banyak kesombongan di sana, baik materi, harkat dan martabat, bahkan iman yang semakin berlomba-lomba untuk dipamerkan. Siapa yang tak bercacat, siapa yang tak berdosa, siapa yang dapat melayani lebih baik, siapa yang dapat menjatuhkan lebih baik. Aku bingung, Tuhan ada disana tapi tak sebening doa-doa orang yang terbuang tadi.
Kembali mataku dibutakan oleh kabut tebal.

Aku berjalan perlahan, banyak teriakan makian ku dengar. Suara sayatan pedang, suara barang-barang berjatuhan, suara tubuh yang terpukul benda keras, dimana aku?
Ku lihat anak seumurku sedang memegang pisau berlumur darah akibat membunuh ayahnya, ku lihat seorang ibu menjual organ-organ tubuh anaknya. Seketika aku muntah. Jijik aku melihat darah dimana-mana. Aah, apa ini Tuhan! Masihkah kau ada disini?

Ku dengar suara tangisan sendu dua orang anak perempuan yang menanti ayahnya. Ayahnya hampir saja datang dan memasuki pintu, namun dari belakang ada orang lain yang menikam tubuhnya. Ia hanya sempat memeluk kedua putrinya sebelum ia mati dalam pelukan tangan-tangan kecil itu. Ku lihat doa disana, ada Tuhan disana. Diawali dari mereka berdua, lalu aku melihat diam-diam ada nyanyian kudus disebelah rumah mereka, lalu doa lagi dimana-mana, aku melihatnya. Tuhan masih ada disana.
Aku tak kuasa, ku tutup mata dan ku hapus anak sungai yang semakin deras mengalir di bukit pipiku. Hilang.

Aku berdoa, mulai berdoa melihat semuanya, apa aku masih boleh berdoa Tuhan? Aku bertanya padanya apa aku masih boleh berdoa dengan setiap apa yang aku lakukan dan dilihat orang tentang aku?
Aku berdiri di depan tong sampah, sebuah tong sampah dengan sebuah bungkusan plastik, berdarah. Aku melihat banyak tangisan disana, dan tidak jelas apa bahasa mereka, mereka kesakitan dan kedinginan. Tak ada dosa disana, hanya ada tangisan dan rintihan. Tetapi ada Tuhan disana, aku merasakannya. Ku urungkan niatku untuk membuang dia yang ada dalam kandunganku, aku pulang.
Aku pulang menghadapi kenyataan bahwa aku adalah seorang pelacur, yang hampir saja menjadi pembunuh akibat keteledoranku, dan mengorbankan masa depan seorang anak yang Tuhan titipkan padaku. Aku melipat tangan dan sujud berdoa. Ada Tuhan disana.

Aah, hari ini aku Roy. Bosan aku menjadi Arumi, pelacur sialan! kenapa masih ingat Tuhan.
Ok! Siapa yang harus kubunuh saat ini??

Permintaan terakhir

“Suatu saat jika itu adalah pertemuan yang terakhir pergilah tanpa harus berpamitan dan mengatakan itu yang terakhir, agar aku tak menyesal ketika kau tak datang lagi dan takkan pernah berusaha menahanmu ketika kau harus pergi.”