Suasana kantor masih ramai kala aku mendengarkan sebuah lagu yang menguras air mataku siang itu. Sebuah lagu dengan petikan gitar dan suara khas yang masih jelas ku ingat. Menebak-nebak dalam hati, apakah ini..
Aku terdiam sejenak, berlalu lalang orang karena memang hari ini adalah hari yang cukup sibuk untuk pekerja kantoran seperti kami. Sepertinya lebih baik aku pergi ke toilet untuk menangis. Sebenarnya aku tak ingin menangis, tapi entah kenapa lagu itu menghantarkan kembali aku pada waktu sekitar 2 tahun yang lalu. Tepat saat aku masih bersama seseorang yang (katanya) begitu mencintaiku.
Katanya dalam lagu itu, ia masih mengingat bagaimana ia tersenyum kala pertama bertemu denganku. Ia masih ingat bagaimana aku menerangi hari-harinya, benarkah? Tuhan sedang bercanda. Apa yang Kau lakukan pada hatiku Tuhan. Aku dan dia kini memiliki hidup sendiri-sendiri, aku sudah memiliki yang lain di hatiku, dia pun memiliki pasangan yang sempurna. Namun, mengapa sepertinya semua sudah diatur.
Berawal dari keisengan teman kantorku yang ingin mengunggah lagu milikinya, aku bantu ia melakukannya. Membuka website tersebut dan aku menemukan sebuah lagu yang sempat mencengangkanku. Aku berkomentar, "lagi dong lagu-lagunya, suaramu bagus ya ternyata," terlarut aku mendengar deretan lagunya. Hingga aku mendengarkan lagu yang tetiba membuatku sempat berhenti berfikir dan bernafas.
Ya, dia. Tuhan kembali memutarkan video cinta di kepalaku. Ingatan-ingatan memabukkan ketika aku bersama seseorang yang kini entah ada dimana. Aku tahu kami masih satu negara, bahkan kami masih dalam satu kota yang sama. Bisa saja aku tahu, tapi aku tak mau tahu, aku terlalu membencinya. Keputusan untuk mengakhiri hubungan beberapa tahun lalu ternyata masih membekas di hatiku, padahal aku sudah yakin aku tak lagi menginginkannya. Aku tak cocok dengannya.
Bagaimana bisa aku sePD itu mengatakannya? Aku benar tak menyukai sikapnya saat itu. Ia tak siap menjadi lelakiku yang tangguh rasanya. Seperti yang ku katakan, aku menginginkan seorang Pangeran, namun sayangnya yang ku butuhkan dalam hidupku adalah Robin Hood. Aku menyukai ungkapan itu.
Bahkan dalam sekejap waktu aku melupakan ulang tahunnya. Ya, dia masih mengingatnya tapi aku tak mau lagi berurusan dengannya. Namun, ini lah candaan yang kuasa. Kami bertemu lagi di kota padat penduduk ini. Dan entah mengapa aku harus bertemu dia di gereja, ya rumahMu Tuhan.
Sepertinya jika aku menceritakan keutuhan kisahnya kalian akan menghabiskan 4 tahun untuk membacanya. Karena kalian sedang berhadapan dengan candaan Tuhan tentang cinta.
Akhirnya dengan sedikit keberanian aku bertanya pada kerabatnya. Ia menceritakan padaku bagaimana dulu ia menciptakan sebaris nada dengan kesedihan disetiap malamnya. "Aku pikir lagu itu diberikannya padamu,". Tidak, nyatanya tidak. Jika saat itu dia memberikanku lagu itu, mungkin aku tak akan berfikir apa-apa tapi tidak sekarang. Aku semakin memikirkannya.
"Gawat," aku menangis di dalam toilet.
Sepulang dari kantor aku kembali menyusuri jalan dengan air mata. Aku bertanya pada Tuhan, lagi-lagi aku bertanya pada Tuhan yang mengacaukan hatiku. Aku sedang tak ingin bercinta Tuhan, aku masih saja pengangguran sampai sekarang, belum memiliki pekerjaan tetap. Hanya buruh tulis bayaran. Apa yang bisa ku banggakan, dia yang dihatiku juga bukan milikku semuanya menjadi sementara saat ini.
Sedangkan dia? Ya, kesuksesan dan kehidupan yang indah besertanya selalu sejak dahulu. Tuhan, benarkah aku tak bisa menjadi diriku sendiri saat aku bersamanya? Kadang kurasa iya, kadang tidak. Karena aku benci sikap-sikapnya, aku rasa ia belum bisa menjadi apa yang ku butuhkan. Aku tak butuh materi yang berlimpah, aku butuh dia yang bisa menerima kegilaanku bukan dia yang menutup telinganya ketika aku gembira.
Aku ingat bagaimana dirinya saat aku mengatakan aku menyukai seseorang dan ketika itu dia akan sudah akan menyatakan cintanya pada kekasihnya sekarang. Dia bilang "Sepertinya benar aku masih tak memahamimu, memahami duniamu," itulah kalimat yang masih ku ingat. Kau katakan itu saat kau akan menyatakan cintamu padanya, saat lagu tentang gundah menemukan masa kadaluarsanya.
Bagaimana sekarang?
Aku menekuk lutut di tempat tidurku, aku menangis sejadi-jadinya bertanya pada Tuhan mengenai candaanNya ini. "Apa ini Tuhan? Mengapa harus ada perasaan seperti ini lagi? Aku tak mau ini terjadi hanya karena aku sedang sendiri. Aku berkomitmen untuk tidak berpacaran sampai aku mendapatkan pekerjaan tetap, akankah ini hanya cobaan?". Kembali aku merenung dan mengusap air mataku.
Tak bisa tidur sampai tengah malam, aku putuskan untuk menghubunginya. Namun, aku tak berani akhirnya tak ku hiraukan pesan singkat yang ku kirimkan untuknya. Aku tertidur dengan pikiran penuh tentangnya dan tentang semua pertanyaanku pada Tuhan.
Tuhan, jika bisa sebelum aku membuka mata buatlah dia menikah. Agar tak ada lagi bunga tulip kuning yang menjadi lambang adanya harapan cinta. Tuhan, satu pertanyaanku yang bisakah Kau jawab segera? Siapakah yang Kau ciptakan ketika Kau memikirkan ku? Tulang rusuk siapakah yang ada di dalam tubuhku yang kau pakai untuk menegakkan tubuhku saat aku remuk dan akan terjatuh? Siapa?
Diakah? Bagaimana caranya Tuhan? Aturlah, aku akan mengikuti jalanMu. Aku tau hidup ini, bahkan untuk urusan kapan aku harus tidur Kau sudah mengaturnya. Tuhan jaga dia.
"Selamat malam, masihkah kau terjaga? Aku ingin mengatakan bahwa aku membencimu. Aku benci kau masih membawaku dalam keadaan seperti ini. Bagaimana cintamu dengannya? Kapan menikah? Terimakasih untuk memintaku tak menghapus tentangmu, namun sepertinya saat itu kau mengucapkannya sebelum kau sadari bahwa selama ini kau tak pernah benar memahamiku. Saat ini, kau telah menghapus semuanya, aku? Giliranku tersiksa (lagi) karena kenangan itu. Sepertinya benar sebaiknya kita tak usah lagi bertemu. Tak seharusnya aku kembali menghubungimu. Bagaimana rasanya ketika aku datang lagi? Masihkah cintaku menduduki hatimu? Dengan semua keindahan yang telah kau jalani bersamanya? Semoga Tuhan tak lama-lama bercanda denganku, dengan kita. Aku, yang kini bingung apakah aku merindukanmu ataukah ini hanya sesaat. Gin"
As you know, God still teasing me. You know... it's hard.
BalasHapusDo you remember what we've talked about before your wedding day? I wish.. you have sometime in the future to see every comments i left.
i still in love with yellow tulip. i still have a space, empty space, for you.