
“Mungkin, dia terlalu terluka untuk berdiri lagi.”
“Atau dia masih begitu ingat perih yang dirasakannya setiap malam kala menjaga cinta.”
“Atau ia masih sangat lelah untuk membenahi ruang hatinya yang kacau berantakan.”
“Walau nampak raganya, sebenarnya ia masih bersembunyi di dalam kelam. Gua yang hitam tanpa sedikit pun sinar cahaya.”
“Kau lihat? Ada harapan. Harapan itu menemani dirinya.”
“Padahal harapan itu mencintai dirinya.”
“Harapan itu berkata bahwa ia akan selalu bersamanya.”
“Harapan itu terus berharap. Lihat, diam-diam ia mendatangkan cinta.”
“Melalui celah kecil yang perlahan meluluhkan pekatnya darah akibat luka yang menutupi kepekaannya akan rasa. Pelan-pelan harapan berkata padanya untuk bangkit dan berlari.”
“Perlahan-lahan harapan membuatnya kembali tersenyum dan membuka diri.”
“Harapan itu berkata, tersenyumlah dan kau akan melalui hari. “
“Maafkanlah, agar kau bangkit lagi.”
“Jangan kau lupakan sakitnya, agar tak terulang lagi.”
“Berani lah untuk menebar lagi, maka bunga di musim semi akan menutupi retaknya hati.”
Dan lelaki itu masih berdiam diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar