Jumat, 07 September 2012

Pulang



-KLIK-

Pintu ruang kantor ku tutup. Pamit pada penjaga kantor, menggerai rambut, memakai helm dan menarik nafas panjang. Aah..  malam  ini aku lembur lagi dan lagi-lagi aku melewatkan membalas ucapan selamat tidur darinya. Maafkan aku sayang, aku harus berusaha sekeras ini untuk membuktikan bahwa aku mampu menikahimu, tinggal setahap lagi sayang, sabar ya.

"Inang sayang, maaf. Abang malam ini harus pulang malam lagi. Mimpi indah ya. Jangan ngambek lama-lama. *XOO"

Pagi berganti, hari ini berusaha aku membangunkannya lebih dulu untuk bersiap-siap bekerja. Jam segini biasanya dia pasti masih tidur, terbayang aku wajahnya ketika baru bangun. Aku bersyukur Tuhan menjaganya ketika aku tidak disampingnya, dia tak pernah sakit. Aku ingat benar bagaimana rengekannya kalau ia mulai meriang, kecapean, atau mulai pegal-pegal. Aku pasti menemaninya sampai dia tertidur. Namun aku pun ikut tertidur di sampingnya, lalu dia mengusap kepalaku dan diam-diam menyiapkan sarapan untukku, entah darimana kekuatannya. Aku tau karena sering masih berpura-pura tidur, agar aku bisa memerhatikan dia diam-diam. Ah, kenangan itu.

"Pagi Nang, sudah bangun? Hari ini pakai baju warna apa? Tetap kuat ya menghadapi bosmu yang aneh-aneh itu. Jangan lupa minum susu. Abang sayang kamu, Nang."

"Abaaaaaang. Aku sudah bangun. Aku sudah gak ngambek kok. Pakai baju warna hijau Bang, Abang sehat? Bang, ingat makan sayur! Aku sayang Abang! *XOXX"

Ah, hari ini dia membalas dengan lebih banyak ciuman, dia sudah tidak berlama-lama membiarkan mood jeleknya merusak harinya, semakin dewasa ya pacarku. Kalau saja aku bisa mengantarnya bekerja pagi ini. Tuhan menjagamu sayang.

Tak terasa matahari berlari begitu cepat, sudah lelah ia menerangi hari-hari di dunia ini. Hari ini sengaja aku bergegas meminta izin untuk pergi ke sebuah konser. Konser band kesukaannya, band yang berasal dari kota tempat aku mencari masa depanku, Jogja. Tanpa berganti baju, lalu melepas dasi hadiah ulang tahun dari wanita kesayanganku, aku berlari dan dengan kekuatan yang tersisa dalam tubuhku aku mengendarai motor menuju venue konser itu.

"Nang! Malam ini jangan tidur cepat. Aku mau nelfon kamu ya."

"Iya, bang. Miss you."

***

"...waktu hujan turun disudut gelap mataku, begitu derasnyaaa.."
"...caci maki saja diriku bila itu bisa membuatmu kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala."

Beberapa lagu favoritnya sudah dibawakan, aku sangat berharap Tuhan berpihak padaku. Aku memohon padaNya agar sebuah lagu yang jarang dibawakan mereka bisa dibawakan malam ini, kebetulan aku mengenal salah satu crew dari band ini. Ia adalah salah satu teman baikku di bangku SMA, aku harap ia dan bandnya mau bekerja sama membawakan lagu ini. 

Musik melantun pelan, sang vokalis memulai lagu dengan sebuah kata pengantar.
Sebuah lagu yang aku siapkan untuk wanita kesayanganku. Ia pernah mengatakan agar aku mendengarkan lagu ini, aku tidak terlalu tahu berapa jumlah album yang sudah mereka keluarkan, aku tidak terlalu tahu lagu-lagu andalan mereka, beberapa lagu yang ku tahu itu semua karena dia yang menyanyikannya, dia selalu memaksa agar aku memainkan gitar untuk lagu-lagunya. Ah, aku benar-benar merindukannya. Wanita tercantik yang pernah aku kenal, bukan kecantikan fisiknya, dia memiliki wajah yang manis, namun apa adanya dirinya yang membuatku tergila-gila padanya.

Ku genggam smartphone milikku, ku tekan angka satu, speed dial khusus untuk pacar terakhirku. Aku yakinkan dia yang terakir, kami baru setahun lebih menjalani hubungan ini namun aku yakin dia yang terakir untukku. Dia mengangkat suara.

"Halo bang .. Ribut banget. Abang dimana nih?"

"Nang, sayang.. Dengerin baik-baik ya, Abang gak bisa ulang lagi nih.. Abang nyanyiin ya.."

"Haah? Abang nyanyi? Haaa..??"

"Dengerin ya, Nang."

Saat-saat seperti ini
Pintu tlah terkunci
Lampu tlah mati
Ku ingin pulang
Tuk segera berjumpa 
Denganmu

Waktu-waktu seperti ini
Di dalam selimut
Harapkan mimpi
Bayangan pulang
Tuk segera berjumpa
Denganmu
ku ingin kau tahu
   ku bergetar merindukanmu
   hingga pagi menjelang

sesaat mata terpejam
tirai imaji terbuka
semakin ku terlelap
semakin jelas hangat senyuman
tak ingin terjaga
sampai aku pulang
sesaat mata terpejam
bintang-bintang menari indah
iringi langkahku
rangkai mimpi yang semakin dalam
tak ingin terjaga
sampai aku pulang

Ku dengar ia menangis, apa dia benar-benar menyukainya? Padahal itu bukan suaraku, itu suara vokalis kesukaannya, tapi aku yakin ia mengenal jelas suaranya. Aku harap dia menyukai kejutan yang ku berikan. Aku tak pernah berhasil memberikan kejutan untuknya, selalu saja gagal, namun begitu ia selalu menganggap semua kejutan yang kuberikan adalah kenangan yang berharga.

"Happy anniversary sayang, Anggiku, inangku. I LOVE YOU."

Aku capture sebuah foto dan ku kirim padanya. Secepat debaran hatiku  ia membalas pesanku.

"Aku jemput abang besok  di stasiun bang.  Aku sayang Abang. Au marsihol tu ho, Abang. Holong do rohangku tu ho."

*XOO= kiss, hug,hug. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar