-KLIK-
Pintu ruang kantor ku
tutup. Pamit pada penjaga kantor, menggerai rambut, memakai helm dan menarik
nafas panjang. Aah.. malam ini aku lembur lagi dan lagi-lagi aku
melewatkan membalas ucapan selamat tidur darinya. Maafkan aku sayang, aku harus
berusaha sekeras ini untuk membuktikan bahwa aku mampu menikahimu, tinggal
setahap lagi sayang, sabar ya.
"Inang sayang,
maaf. Abang malam ini harus pulang malam lagi. Mimpi indah ya. Jangan ngambek
lama-lama. *XOO"
Pagi berganti, hari ini
berusaha aku membangunkannya lebih dulu untuk bersiap-siap bekerja. Jam segini
biasanya dia pasti masih tidur, terbayang aku wajahnya ketika baru bangun. Aku
bersyukur Tuhan menjaganya ketika aku tidak disampingnya, dia tak pernah sakit.
Aku ingat benar bagaimana rengekannya kalau ia mulai meriang, kecapean, atau
mulai pegal-pegal. Aku pasti menemaninya sampai dia tertidur. Namun aku pun
ikut tertidur di sampingnya, lalu dia mengusap kepalaku dan diam-diam
menyiapkan sarapan untukku, entah darimana kekuatannya. Aku tau karena sering
masih berpura-pura tidur, agar aku bisa memerhatikan dia diam-diam. Ah,
kenangan itu.
"Pagi Nang, sudah
bangun? Hari ini pakai baju warna apa? Tetap kuat ya menghadapi bosmu yang
aneh-aneh itu. Jangan lupa minum susu. Abang sayang kamu, Nang."
"Abaaaaaang. Aku
sudah bangun. Aku sudah gak ngambek kok. Pakai baju warna hijau Bang, Abang sehat? Bang, ingat makan sayur!
Aku sayang Abang! *XOXX"
Ah, hari ini dia
membalas dengan lebih banyak ciuman, dia sudah tidak berlama-lama membiarkan mood jeleknya merusak harinya, semakin dewasa ya pacarku. Kalau
saja aku bisa mengantarnya bekerja pagi ini. Tuhan menjagamu sayang.
Tak terasa matahari
berlari begitu cepat, sudah lelah ia menerangi hari-hari di dunia ini. Hari ini
sengaja aku bergegas meminta izin untuk pergi ke sebuah konser. Konser band
kesukaannya, band yang berasal dari kota tempat aku mencari masa depanku,
Jogja. Tanpa berganti baju, lalu melepas dasi hadiah ulang tahun dari wanita
kesayanganku, aku berlari dan dengan kekuatan yang tersisa dalam tubuhku aku
mengendarai motor menuju venue konser itu.
"Nang! Malam ini
jangan tidur cepat. Aku mau nelfon kamu ya."
"Iya, bang. Miss
you."
***
"...waktu hujan
turun disudut gelap mataku, begitu derasnyaaa.."
"...caci maki saja
diriku bila itu bisa membuatmu kembali bersinar dan berpijar seperti dulu
kala."
Beberapa lagu favoritnya
sudah dibawakan, aku sangat berharap Tuhan berpihak padaku. Aku memohon padaNya
agar sebuah lagu yang jarang dibawakan mereka bisa dibawakan malam ini,
kebetulan aku mengenal salah satu crew dari band ini. Ia
adalah salah satu teman baikku di bangku SMA, aku harap ia dan bandnya mau
bekerja sama membawakan lagu ini.
Musik melantun pelan,
sang vokalis memulai lagu dengan sebuah kata pengantar.
Sebuah lagu yang aku
siapkan untuk wanita kesayanganku. Ia pernah mengatakan agar aku mendengarkan
lagu ini, aku tidak terlalu tahu berapa jumlah album yang sudah mereka
keluarkan, aku tidak terlalu tahu lagu-lagu andalan mereka, beberapa lagu yang
ku tahu itu semua karena dia yang menyanyikannya, dia selalu memaksa agar aku
memainkan gitar untuk lagu-lagunya. Ah, aku benar-benar merindukannya. Wanita
tercantik yang pernah aku kenal, bukan kecantikan fisiknya, dia memiliki wajah
yang manis, namun apa adanya dirinya yang membuatku tergila-gila padanya.
Ku genggam smartphone milikku, ku tekan angka satu, speed dial khusus untuk pacar terakhirku. Aku yakinkan dia
yang terakir, kami baru setahun lebih menjalani hubungan ini namun aku yakin
dia yang terakir untukku. Dia mengangkat suara.
"Halo bang .. Ribut
banget. Abang dimana nih?"
"Nang, sayang..
Dengerin baik-baik ya, Abang gak bisa ulang lagi nih.. Abang nyanyiin ya.."
"Haah? Abang
nyanyi? Haaa..??"
"Dengerin ya,
Nang."
Saat-saat seperti ini
Pintu tlah terkunci
Lampu tlah mati
Ku ingin pulang
Tuk segera berjumpa
Denganmu
Waktu-waktu seperti ini
Di dalam selimut
Harapkan mimpi
Bayangan pulang
Tuk segera berjumpa
Denganmu
ku ingin kau tahu
ku bergetar merindukanmu
hingga pagi menjelang
sesaat mata terpejam
tirai imaji terbuka
semakin ku terlelap
semakin jelas hangat senyuman
tak ingin terjaga
sampai aku pulang
sesaat mata terpejam
bintang-bintang menari indah
iringi langkahku
rangkai mimpi yang semakin dalam
tak ingin terjaga
sampai aku pulang
Ku dengar ia menangis,
apa dia benar-benar menyukainya? Padahal itu bukan suaraku, itu suara vokalis kesukaannya, tapi aku yakin ia mengenal jelas suaranya. Aku harap dia menyukai kejutan yang ku
berikan. Aku tak pernah berhasil memberikan kejutan untuknya, selalu saja
gagal, namun begitu ia selalu menganggap semua kejutan yang kuberikan adalah
kenangan yang berharga.
"Happy anniversary
sayang, Anggiku, inangku. I LOVE YOU."
Aku capture sebuah foto dan ku kirim padanya. Secepat
debaran hatiku ia membalas pesanku.
"Aku jemput abang
besok di stasiun bang. Aku sayang
Abang. Au marsihol tu ho, Abang. Holong do rohangku tu ho."
*XOO= kiss, hug,hug.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar