Selasa, 02 April 2013

Pulang

Alkisah disebuah meja kerja kantor milik Ia yang sisi kanan kirinya dibatasi oleh sekat pembatas setinggi 25 sentimeter dengan ketebalan 8 sentimeter terdapat percakapan antara tas, handphone, kabel LAN, laptop, gelas, isi kotak pensil, telepon, dan kotak susu kosong yang sudah habis diteguk oleh Ia.

Tentu saja, saat itu pemilik meja itu sedang meninggalkan mejanya. Pembicaraan kehidupan meja kantor ini dimulai dari tas yang memiliki isi begitu banyak hal. Ia mengungkapkan keluhannya pada laptop.

"Laptop, tahukah kamu aku iri padamu?" celetuknya.

"Apa yang kau inginkan dariku?" ujar Laptop tak mengerti.

"Iya, kau mendapatkan seluruh perhatian Ia saat di meja kantor, sedangkan aku? Walau aku salah satu barang favorit Ia tetap saja aku tak mendapatkan atensi seutuhnya," keluh tas hitam favorit pemilik meja tersebut.

"Lalu, bagaimana dengannya?" kata Laptop menunjuk handphone, "Ia selalu dibawa, disayang, diperhatikan. Kalau aku mau iri, aku lebih iri padanya, lihat satu nama muncul kembali dilayar Handphone. Dia lagi. Biasanya kalau namanya muncul, Ia akan tersenyum lebar. Tetapi mengapa kemarin Ia menangis?" demikian panjang cerita Laptop yang bagai menghipnotis seluruh barang diatas meja mengerumuni Handphone.

Handphone perlahan menunjukkan isi pesannya. "Sebentar lagi pulang,"

Percakapan sebelum pulang selalu membuat Ia bersedih. Laptop, Handphone, dan Tas berfikir entah apa yang ada dalam pikiran manusia ini. Setiap kali muncul kata "i'm home," ia selalu cemberut dan bersedih. Sama seperti ketika malam kemarin hujan, bus sudah 3 kali melewati halte tempat Ia menjejakkan langkah terakhir meninggalkan kebahagiaannya, saat ini Ia sedih. Ia tidak ingin berpisah nampaknya.

"Saat itu aku diremas, dia seperti ketakutan dan tidak rela meninggalkan tempat berteduh yang sesak akan manusia itu," cerita Tas pada Laptop dan kawan-kawan lainnya.

"Ya, Ia juga menatapku berulang-ulang tanpa menekan tombol di tubuhku, hanya berlinang air mata. Namun, beberapa jam kemudian dia bahagia sampai mencium tubuhku lekat-lekat, merekam suara yang menanyakan apakah nama orang ini sudah berada dimana, sepertinya Ia cemas tapi bahagia." tambah Handphone menjelaskan kejadiannya.

"Ya, beberapa hari ini aku ditinggalkan Ia di bawah meja kantor ini, Ia tidak menceritakan apa yang terjadi pada hati dan pikirannya saat itu," Laptop menyambut penjelasan panjang lebar dari Handphone.

Selalu saja begini ketika Ia kacau. Tak pernah Ia meninggalkan Handphone. Tanpa Ia sadar semua barang-barang miliknya sangat menyayangi Ia dan memperhatikan kehidupan Ia.

"Ibuku pernah bercerita tentang manusia seperti dirinya sebelum aku dimiliki Ia, namanya Kungkung Kulanting kata ibuku," kata Gelas.

Gelas yang sudah tinggal lama di kantor ini menceritakan kejadian yang sama seperti saat ia melihat Ia saat ini.

"Saat itu namanya Retno, selalu muncul di layar Handphone dan Laptop miliknya. Aku tahu karena posisiku selalu ia hadapkan pada mereka berdua. Terakhir Kungkung Kulanting hanya meninggalkan meja dengan reaksi yang sama seperti sebelum Ia meninggalkan meja ini," tutur Gelas hijau tinggi bergagang hitam.

"Lalu?" kata benda yang lain bertanya antusias.

PRAANG

Dan pertanyaan itu tak pernah terjawab sampai kapanpun karena gelas tiba-tiba saja terjatuh dan pecah. Ia yang buru-buru menyenggol gelas dan menarik tas serta laptop meninggalkan meja kecil itu untuk mengejar bus kota sambil melihat nama yang selalu muncul di layar tubuh Handphone. Serentak mereka mengatakan "Ia bersedih (lagi), sudah saatnya pulang."

Dan tak lama pesan yang sama setiap pukul 7 malam muncul dilayar Handphone, "I'm home,".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar