Sesaat mulai tercium semeriwing aroma manusia berkeliaran mengganggu
hidung ini. Ahh, aku benci bekerja di hari Minggu pagi dan tidak
berangkat dengan motor, which is artinya harus berdesakan naik angkot,
but, it’s oke lah.
Dimulai dari seorang bapak dengan tas besar yang bergegas menuju sebuah terminal di Bandung, lalu masuk lagi dua orang ibu dan anak yang dandanannya agak..hmmm ya dempulnya cukup untuk menjadi adonan kue, dan beberapa penumpang lain yang baru saja berbelanja di pasar kaget didekat jalan itu. Tibalah seorang bapak dengan dua anak laki-lakinya memasuki angkot kuning tua ini. Mereka mengambil tempat duduk di paling belakang. Anak pertamanya kira-kira berumur lima atau enam tahun, anak keduanya sekitar dua setengah tahun. Bapak itu merangkul anak yang paling kecil dan anak tertuanya duduk berseberangan dengannya.
Dimulai dari seorang bapak dengan tas besar yang bergegas menuju sebuah terminal di Bandung, lalu masuk lagi dua orang ibu dan anak yang dandanannya agak..hmmm ya dempulnya cukup untuk menjadi adonan kue, dan beberapa penumpang lain yang baru saja berbelanja di pasar kaget didekat jalan itu. Tibalah seorang bapak dengan dua anak laki-lakinya memasuki angkot kuning tua ini. Mereka mengambil tempat duduk di paling belakang. Anak pertamanya kira-kira berumur lima atau enam tahun, anak keduanya sekitar dua setengah tahun. Bapak itu merangkul anak yang paling kecil dan anak tertuanya duduk berseberangan dengannya.
Awalnya aku tak begitu memperhatikan pola tingkah mereka. Yah,
selayaknya penumpang angkot biasanya, duduk diam dan menghadap ke depan.
Namun aku mendengar keceriaan mereka aku memutuskan untuk melirik
sejenak.
Bapak itu sedang bermain dengan kedua anaknya seakan hanya mereka
yang berada disini, lalu bapak itu menyuruh anak pertamanya menghabiskan
jajanan sederhana yang mereka beli, ku lihat pakaiannya, mereka
sepertinya baru saja berolahraga bersama, bukan orang yang berada, namun
bahagia yang mereka tunjukkan benar-benar membuatku iri.
Tiba saatnya kami berhenti di lampu merah, cukup lama dan datanglah seorang pengamen jalanan menyanyikan dua buah lyric “..pergilah
kasih kejarlah keinginanmu.. selagi masih ada waktuu….” hanya beberapa
kali menyanyikannya dengan tubuh yang masih segar bugar ia mencondongkan
tangannya untuk meminta imbalan atas suaranya yang pas-pasan itu. Tak
ada yang memberi termasuk aku, yah,pura-pura saja tak melihat.. Namun
anak bungsu bapak itu berusaha berjalan sambil dipegang oleh bapaknya
memasukkan beberapa uang receh ke dalam gelas plastik pengamen itu.
Setelah itu tak habis-habis bapaknya memeluk dan mencium anak itu dan
berkata “hebat.. hebat..” dan mereka tertawa kembali. Tak lama mereka
turun dari angkot yang sudah tak jelas apa aromanya ini, anak pertamanya
turun “tunggu disitu Aa’..” lalu bapak itu membayar ongkos dan ku lihat
ia terus merangkul sembari menggendong anak bungsunya sambil menyebrang
jalan.
What a day.. Pagi-pagi sudah melihat sebuah kebahagiaan yang seperti
itu rasanya… hmmmhh.. i don’t know. Thank God i still got that feeling
:) that’s a lil’ grace from You.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar