Selasa, 11 Februari 2014

Surat Simpanan

Untuk kamu, penyimpan hatiku.

Hari berganti meninggalkan apa yang kita sebut kenangan. Pantaslah disebut kenangan karena manis memang rasanya. Jika tidak, luka namanya.
Sampai saat ini seluruh tubuhku masih dirasuki oleh separuh dari nafas yang kau hembuskan dalam setahun terakhir kehidupanku. Masihkah kau hembuskan nafas untukku melalui doa-doamu?
Shalat, masihkah kau melakukannya? Atau seperti yang kau katakan bahkan dalam seluruh hidupmu kau akan mendoakanku, tak harus kau berlutut dan bersujud. Bahkan hati dan pikiranmu selalu sujud untuk memohon yang terbaik untukku.

Tahukan kamu kalau aku akan tetap mencinta?
Tahukan kamu kalau dalam tiap relung hanya namamu bertahta?
Satu, dua, bahkan tiga hingga 50,34 persen jumlah penduduk laki-laki di Indonesia, tak ada yang bisa merubuhkan menara yang sudah ku bangun untuk menyimpan kamu dan aku.
Aku tak menyimpannya di bawah, agar tak mati ia dimakan serangga pemusnah. Aku taruh dia tinggi agar bisa kupandangi, bila hilang tertiup angin biar harum dan sarinya terbang dan kembali menumbuhkan cinta.

Jadi, hingga kini.. walau kita jauh, kamu percaya kalau kita dekat?
Ya, sebatas doa. Itu mantera nya. Kita sepakat dengan itu. 

Dari aku, yang menyimpan cintamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar