Selasa, 10 April 2012

Daddy, i call you..


Aku selalu rindu memanggilmu Daddy, bukan sok kebule-bulean, entah kenapa aku suka mendengarnya, manja. Untuk anakku kelak, aku ingin mereka memanggil suamiku ayah. Ini masih seputar cinta. Ya, cinta ku pada keluargaku dan pada Tuhanku.
Papa, selamat ulang tahun untuk mu hari ini. bertambah lagi satu usiamu, pa. Papa.. bertahun-tahun sudah kita terpisah. bukan sekedar jarak, namun entah apa itu yang membuat kita terpisah seperti ini. 
Paa.. barusan kakak PA, nonton film tentang keluarga. tadinya kakak udah gamau dateng, tapi entah kenapa aku datang juga. karena awalnya dibilang nonton film keluarga aja PA nya. Aku pikir nonton sebangsanya Fireproof atau apa lah. Ternyata filmnya film Indonesia. Dan papa tau isinya tentang apa? rasanya aku seperti melihat sebagian dari kehidupan kita disana. Disatu sisi keadaan di film itu tak seburuk yang ku rasakan, aku masih lebih beruntung. Namun di sisi lain, aku mengalami keadaan yang lebih parah dari pemeran-pemerannya.
Paa.. Aku melihat keadaannya begitu nyata, aku tak tahan. Untungnya lampu dipadamkan, sehingga setiap derai air mata tak terlihat. Kau tau, Tuhan tau, aku tak mau menangis di depan orang. Untuk hal-hal tertentu. Ku saksikan adegan demi adegan. Semua membuatku teringat akan mu Pa, pemerannya sebagai papa pun sedikit mirip denganmu, yang.. bisa ku bilang mirip. hanya saja kau sekarang kurus kering karena penyakit yang kau derita. Apa kabarmu Pa? Aku masih menunggu kepulanganmu ke rumah. Tidak untuk pergi lagi Pa..
Paa.. Di film itu diperankan ketika anak perempuannya menikah. Apakah kau bisa mengantarku ketika aku menikah nanti? Bukan bisa, apakah kau mau? berpura-pura duduk bersanding dengan ibuku yang ku panggil mama. Di film itu dikatakan lebih baik ayahnya tidak datang daripada hanya sekedar merusak hari bahagia anaknya. Itu hal yang sama yang kau katakan padaku ketika aku harus memilih saat aku akan diwisuda, siapa yang akan berada denganku di gedung, dan dengan tegas kau kembali mengecewakanku dengan mengatakan “maaf Ninta, papa tak bisa memenuhi keinginanmu untuk berfoto bersama keluarga. Untuk itu papa tak mau mengabulkannna, daripada rusak hari bahagiamu, lebih baik papa tidak datang.” Begitu besar kah egomu pa?
Paa.. aku selalu bermimpi agar kau dapat mengantarku ke depan altar apapun keadaanmu, dan aku berharap kau bisa kembali ke rumah kita dulu, mungkin tidak sebagus rumahmu yang sekarang, hanya gubuk reot, tidak seperti rumah istanamu, tapi disana tempat kita menikmati teh hangat dan roti manis, duduk melingkar dan bermesraan bersama. aku, papa, mama, dan adik-adik. disana tempat pertama kali kau mengajarkan aku untuk memimpin doa makan keluarga, sampai aku menangis. disana tempat pertama kali kau melarangku untuk bergaul dengan laki-laki yang menurutmu “beli rokok aja masih pake uang orangtuanya..” aku merasa kau melindungiku di bawah jemuran kain kita Paa. Masih banyak kenangan manisku bersamamu diantara tumpukan kering luka yang kau toreh disana, tapi.. kau tau, aku mencintaimu Paa. 
Paa.. aku ingin memiliki suami seperti Papa. Papa tau? Sejahat apapun dirimu bagi semua orang, laki-laki yang ku inginkan tetap saja sepertimu. Hanya saja bagian-bagian yang baik, bukan kau yang pemarah, sensitif, dan segalanya inginmu. Paa, aku tak sanggup menceritakan pendapatku tentang pengampunan setelah menyaksikan film itu. Di depan sahabat-sahabatku aku menangis, aku malu menangis di depan mereka. bukan malu karena keadaan keluarga ku. tapi aku tak mau terlihat lemah, aku terbiasa untuk “harus kuat” dalam situasi apapun.
Namun beruntungnya, aku mengerti apa yang orang rasakan ketika film itu diputar. Beberapa mungkin hanya sekedar menyaksikan, beberapa menitikkan air mata. tapi mungkin berbeda dengan ku yang benar-benar mengalami hal itu, itu aib, bahkan aku harus mengakhiri hubunganku dengan kekasihku yang dulu karena alasan ini, aku tidak diterima dengan keadaanku. Paa, walau aku takut ke depannya, namun aku tetap mengasihimu, seburuk apapun. Ini proses. Suatu kali mungkin aku masih marah, tapi tidak seperti dulu karena cintaku lebih besar.
Ini semua hanya karena kekuatan dari Tuhan. 
Paa, aku harap papa pulang segera. sebelum hal-hal buruk dalam pikiranku semakin merajalela. Aku berdoa untuk seseorang yang benar menyayangiku dengan setiap keadaanku, karena dia tau kasih yang ada dalam diriku yang bersumber daripada Dia, sahabat, Bapa, teman, kakak, penjaga, penghibur yang selalu ada di sampingku, Yesus.
Kakak sayang Papa. Selamat ulang tahun, Tuhan memberkati, panjang umurmu di bumi Pa, Aku, mama, adik-adik merindukanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar