Kamis, 28 Juni 2012

Negeri 1000 mantan


Dia terjebak disana. Tak dapat kembali.

“Maafkan aku Lila, maafkan aku! Aku tak mampu hidup dalam negeri kesepian ini!”

Dan aku hanya terdiam.

“Pergi kau!” dalam hati aku mengutuk.

Aku tak tahu berapa jiwa yang sudah berada di dalam sana, mereka bukan terjebak, bukan juga terkurung.
Mereka dibuang disana, oleh hati yang luka. Ya, mereka patut dibuang.

Ini bukanlah sebuah drama, dimana hati yang terluka dapat terobati dan bersama merajut cinta kembali.
Aku pernah mendengar ada sebuah buku yang dapat membuang para mantan ke dalam sebuah sepi yang tak henti, cukup bisikkan mantranya dan kau akan menemukan dia disana terhempas dalam sepi di negeri tanpa tawa. Tidak ada lagi cinta, tidak kenal lagi ia dengan harapan. Disana hanya akan ada penyesalan. Ya, penyesalan akibat perbuatan terkutuk mereka. Laki-laki dan perempuan bersetubuh disana, namun mereka terus merasa sakit dan tersakiti setelah itu, karena mereka terkubur dalam sepi, ini kutukannya. Mereka tak dapat kembali.

Sesaat setelah kulihat Angin disana aku pergi dan bertengkar dengan diriku.

“Tapi itu terlalu kejam! Aku tak ingin Angin terbuang disana. Dan aku akan selalu melihatnya menangis dalam sepi.” kataku.

“Kamu masih peduli padanya? Setelah berkali-kali ia mempermainkan hatimu. Terakhir kali ku lihat dia berjalan bermesraan tanpa peduli setan dengan Rosa dan kamu masih peduli dengan air matanya?”

“Tapi aku mencintainya. Aku tak mungkin melepaskan suamiku dan mengutuknya!” Aku kembali menyangkal.

“Tapi dia bajingan! Dia sudah menodaimu dan belum ada status yang jelas antara kamu dan Angin! Kalian hanya berhubungan badan dan terjebak dalam sebuah status yang tidak jelas. Dia hanya akan menebar benih ke dalam rahim suci perempuan lain!”

Semakin keras suara itu..

“Aku.. Dia ayah dari bayiku!” Aku berteriak.

“Dia hanya pemujamu, bukan penjagamu!”

“Kenapa kau selalu mengganggu saat aku ingin benar-benar mencintainya?”

“Karena aku tidak pernah suka melihatmu dengannya, dia munafik, dia hanya mencintaimu saat kau melakukan hubungan badan yang tanpa sadar menghancurkan kehidupanmu! Masih perlu bukti yang lain? Baru saja aku lihat dia memasukkan barang najisnya ke dalam tubuh Nina! Betapa bodohnya kau!”

Nina, sebuah nama yang tak pernah terpikirkan olehku.
Dia tahu setiap detil perasaanku terhadap Angin.
Aku terdiam untuk beberapa saat. Aku sudah tak tahan. Aku tak butuh Tuhan untuk ini.
Perlahan ku buka jajaran daftar buku dimana aku bisa menemukan lembaran yang menyerupa kitab itu.

“Dapat.”

Ku temukan dalam sebuah barisan dimana mantra dapat melenyapkan dia.
Ya, dia hanya seorang yang tidak pernah mencintaiku, ia mempermainkanku, begitu juga Nina.
Kubaca dan ku bisikkan kalimat itu, lagi.

Seketika langit gelap, jantungku mencuat keluar. Ku lihat darah dimana-mana. Bola mata berserakan dijalanan. Ku rasa itu adalah mata yang tak bisa mereka jaga. Jemari terpisah satu-satu, mereka menyentuh setiap tubuh yang berjalan tanpa sehelai kain di sebuah jalanan yang semuanya beralaskan janji. Janji terinjak-injak disana. Sesaat jantungku lenyap bersama degupannya, namun aku tidak mati.
Datang dari belakang sesosok tubuh yang aku kenal betul bentuknya, sedikit kekar dengan badan yang cukup tinggi, kulitnya kuning langsat dengan rambut sebahu. Dingin ia memelukku dari belakang.

“Angin..” Kataku.

Ya, itu dia.
Nina mengutukku lebih dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar