Berdesakan diantara rintihan dan sengal nafas untuk bertahan hidup.
Diwarnai rinai hujan yang menambah haru cerita seorang anak.
Anak pergi meninggalkan keluarganya mencari sesuap nasi, menyesal ia lahir dalam keluarganya.
Dilihatnya kerumunan anjing-anjing dunia mengantri sudah tak bisa makan mereka sekarang. Ia lihat seorang pejabat yang dulunya sangat pamor kisah hidupnya, sekarang terinjak-injak karena renta tubuhnya ia tak dapat lagi mengantri untuk sesuap nasi.
“Tuan, hatiku masih bagus. Tuan!!” Serunya dengan suara yang melengking. “Tuan, jangan abaikan! Hatiku punya seribu ruang, hatiku berbeda, ambil dia Tuan, aku ingin makan!”
Tuan pun mendengar suara anak itu. Ia mengambil sebuah tongkat panjang yang sudah luayan berkarat akibat darah biadap orang-orang. Ditariknya kepala anak itu dan terseretlah ia diantara manusia bau busuk lainnya.
“Apa maksudmu hatimu punya seribu ruang? Apa saja yang bisa masuk ke dalam sana?” Tanyanya gusar.
“Hatiku memiliki seribu ruang, mereka tidak. Hatiku bisa menampung hati siapa saja, mereka tidak. Kau mau? Ini bisa berkembang lebih banyak lagi, dan kau akan mendapatkan keuntungan yang sangat amat.”
Berpikir Tuan sejenak melihat anak kucing ini, kurus, berbau, tak berotak mungkin ia. Tapi ia bilang hatinya punya seribu ruang.
“Kamu! Anak! Masuk ke dalam istana makanlah sepuasmu, aku ambil hatimu.”
“Tidak sembarangan! Ini hati luar biasa! Kau harus memberi makan dan menghidupi ayah, ibu, dan kakakku! Mereka punya lebih banyak ruang dalam hatinya! Kau takkan rugi Tuan!”
“Lalu kenapa hanya kamu yang kesini?”
“Mereka hampir mati!”
Tuan memerintahkan semua pejabatnya untuk melihat keadaan itu, ia masih bertanya-tanya bagaimana seorang manusia memiliki beribu ruang dalam hati.
“Anak!! Besok giliran hatimu. Makanlah yang banyak malam ini.”
“Baik Tuan, tapi tolong beri makan saja mereka sampai seribu hari lagi, hatiku ada seribu ruang, kau harus bayar itu!”
Dan Anak menangis haru dalam tatakan piring berisi makanan itu. Ia bersama yang lainnya yang tepilih saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar