Jumat, 29 Juni 2012

Pergilah Tuhan

Tuhan, aku kehilangan.
Tuhan sejenak izinkan aku untuk hidup sendiri. Dimana tidak ada hal-hal benar dan hal-hal yang salah. Izinkan aku hidup tanpa aturan-aturanMu sebentar saja. Izinkan aku untuk hidup dalam skenarioku.
iya Tuhan, ini masih masalah hati, hati yang kehilangan. Ini masalah harga diri. Ini masalah tak ingin diremehkan oleh hal-hal remeh. Izinkan aku menentukan sebentar saja, bahkan sehirup nafas hanya untuk membongkar dada dan mengeluarkan isak tangis yang tersembunyi.
Tuhan, pergilah sejenak (jangan pergi Tuhan, cukup diam dan dengarkan), aku mohon.
Apa kau sudah pergi Tuhan? (tak ada jawaban)
Tuhan, aku cukup berbahagia dengan semua cerita yang aku ciptakan. Dia melindungi hatiku walau harus menjadi fana, tak nampak namun dia ada. Tuhan, aku tak mau tahu apa itu kebenaraan dan kesalahan. Tuhan, izinkan sekali ini saja aku masuk dalam sebuah cerita dimana aku sutradaranya tanpa harus semua orang tahu apa yang ada dibalik hatiku. Kenapa selalu ada kalimat hanya aku dan Tuhan yang tahu. Tuhan, bolehkah sekali ini saja hanya aku dan hatiku yang tahu? Tanpa dirimu? Au sudah tak percaya lagi akan keagungan cinta. Aku sudah tak mau percaya lagi akan hal menunggu cinta, aku ingin aku yang menentukan.
Tuhan, aku merelakan kepergiannya. Aku rela atas semua skenarioMu, izinkan aku selipkan sedikit dari skenarioku. Aku ingin hidup dengan ketegaran tanpa orang tahu bahwa aku melakukan kegilaan. Iya Tuhan, aku sudah gila karenanya dan aku rela melakukan hal gila ini demi keluar dari diriku dan menciptakan cerita baru dihidupku. Lalu kenapa jika ceritaku itu tidak wajar dan menyalahi norma-norma yang seharusnya ada? Lalu kenapa kalau hal yang ku ciptakan merupakan hal-hal yang dianggap tidak pantas oleh sebagian orang, mungkin sesuatu yang menyakitkan hatiMu juga. Lalu kenapa pula jika aku ingin menjadi diriku sendiri, mengambil risiko untuk keluar dari aturan-aturan manusia pada umumnya.

Tuhan, aku tidak menuntut macam-macam, aku hanya ingin semua ciptaanku tak dirusak dan dicampuri. Jangan campuri hidupku. Tolong biarkan aku terbenam dalam lumpur kekalahan ini. Iya, aku kalah Tuhan, aku kalah, tapi bisakah aku tetap menunjukkan topeng ketegaran dan topeng keindahan cinta pada semua orang. Tolong sekali ini saja Tuhan, izinkan aku. Aku akan mengakhiri pada waktunya, semua ini akan berakhir, aku berjanji Tuhan. Tapi tolong aku hanya tak ingin menjadi bahan, aku tak sombong karena memiliki dia yang (pura-pura) melindungiku, aku bukan ingin menyombongkan diri. Aku hanya ingin meneruskan sebaris kebohongan yang akan menemukan ujung ceritanya. Tolong jangan bilang kebohongan ini adalah kesalahan dan kesombongan, ini berarti bagiku. Aku hanya ingin membuktikan dan sedikit mencurangi dia yang merenggut seluruh hatiku.
Pergilah Tuhan, ku harap hal ini hanya aku dan hatiku yang tahu. Tidak ada aturan, tak ada benar atau salah, dan tak ada Tuhan disana. Sebentar saja Tuhan, sebentar saja, pura-puralah tak peduli padaku, pura-puralah tak menyayangiku.
(Tapi tak bisa Kau berpura-pura, kau Tuhan.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar