Tuhan sejenak izinkan aku untuk hidup sendiri. Dimana tidak ada hal-hal benar
dan hal-hal yang salah. Izinkan aku hidup tanpa aturan-aturanMu sebentar saja.
Izinkan aku untuk hidup dalam skenarioku.
iya Tuhan, ini masih masalah hati, hati yang kehilangan. Ini masalah harga diri. Ini masalah tak ingin diremehkan oleh hal-hal remeh. Izinkan aku menentukan sebentar saja, bahkan sehirup nafas hanya untuk membongkar dada dan mengeluarkan isak tangis yang tersembunyi.
iya Tuhan, ini masih masalah hati, hati yang kehilangan. Ini masalah harga diri. Ini masalah tak ingin diremehkan oleh hal-hal remeh. Izinkan aku menentukan sebentar saja, bahkan sehirup nafas hanya untuk membongkar dada dan mengeluarkan isak tangis yang tersembunyi.
Tuhan, pergilah sejenak (jangan pergi Tuhan,
cukup diam dan dengarkan), aku mohon.
Apa kau sudah pergi Tuhan? (tak ada jawaban)
Tuhan, aku cukup berbahagia dengan semua
cerita yang aku ciptakan. Dia melindungi hatiku walau harus menjadi fana, tak
nampak namun dia ada. Tuhan, aku tak mau tahu apa itu kebenaraan dan kesalahan.
Tuhan, izinkan sekali ini saja aku masuk dalam sebuah cerita dimana aku
sutradaranya tanpa harus semua orang tahu apa yang ada dibalik hatiku. Kenapa
selalu ada kalimat hanya aku dan Tuhan yang tahu. Tuhan, bolehkah sekali ini
saja hanya aku dan hatiku yang tahu? Tanpa dirimu? Au sudah tak percaya lagi
akan keagungan cinta. Aku sudah tak mau percaya lagi akan hal menunggu cinta,
aku ingin aku yang menentukan.
Tuhan, aku merelakan kepergiannya. Aku rela
atas semua skenarioMu, izinkan aku selipkan sedikit dari skenarioku. Aku ingin
hidup dengan ketegaran tanpa orang tahu bahwa aku melakukan kegilaan. Iya
Tuhan, aku sudah gila karenanya dan aku rela melakukan hal gila ini demi keluar
dari diriku dan menciptakan cerita baru dihidupku. Lalu kenapa jika ceritaku
itu tidak wajar dan menyalahi norma-norma yang seharusnya ada? Lalu kenapa
kalau hal yang ku ciptakan merupakan hal-hal yang dianggap tidak pantas oleh
sebagian orang, mungkin sesuatu yang menyakitkan hatiMu juga. Lalu kenapa pula
jika aku ingin menjadi diriku sendiri, mengambil risiko untuk keluar dari
aturan-aturan manusia pada umumnya.
Tuhan, aku tidak menuntut macam-macam, aku
hanya ingin semua ciptaanku tak dirusak dan dicampuri. Jangan campuri hidupku.
Tolong biarkan aku terbenam dalam lumpur kekalahan ini. Iya, aku kalah Tuhan,
aku kalah, tapi bisakah aku tetap menunjukkan topeng ketegaran dan topeng
keindahan cinta pada semua orang. Tolong sekali ini saja Tuhan, izinkan aku.
Aku akan mengakhiri pada waktunya, semua ini akan berakhir, aku berjanji Tuhan.
Tapi tolong aku hanya tak ingin menjadi bahan, aku tak sombong karena memiliki
dia yang (pura-pura) melindungiku, aku bukan ingin menyombongkan diri. Aku
hanya ingin meneruskan sebaris kebohongan yang akan menemukan ujung ceritanya.
Tolong jangan bilang kebohongan ini adalah kesalahan dan kesombongan, ini
berarti bagiku. Aku hanya ingin membuktikan dan sedikit mencurangi dia yang
merenggut seluruh hatiku.
Pergilah Tuhan, ku harap hal ini hanya aku
dan hatiku yang tahu. Tidak ada aturan, tak ada benar atau salah, dan tak ada
Tuhan disana. Sebentar saja Tuhan, sebentar saja, pura-puralah tak peduli
padaku, pura-puralah tak menyayangiku.
(Tapi tak bisa Kau berpura-pura, kau Tuhan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar