Sabtu, 18 Februari 2012

Genggaman yang hilang


Pernahkah kau memikiran tentang bagaimana aturannya ketika menggenggam tangan seseorang?
Pernahkah kau merasakan ketika kehilangan sebuah tangan yang selalu menggenggammu? Bukan, maksudku tangan yang kau genggam.
Sekali lagi aku bertanya, tahukah aturannya?
Bayangkan dalam sebuah perjalanan kau dan dia berjalan beriringan, bergandengan. Melewati rumput tinggi, terhembus angin sore lembut membalut tubuh, utuh. Terhembus angin sore membelai jemari, ketika itu sedetik pun tak kau lepas tangannya, kau genggam erat hingga tak kau biarkan dia lari hidupmu. Saling menggenggam pasti, tapi apakah kau menggenggamnya teramat sangat?
Tidak, tidak seperti itu aturannya. 
Ketika kau berjalan dan menggenggam tangannya, biarkanlah tangannya bebas untuk memilih. Tidak menggenggam erat sekali sampai tangannya tak dapat lepas dari tanganmu, hidupmu. Tahukah kenapa?
Akan terasa sakit sekali ketika Dia yang maha Cinta mengambilnya darimu. Luka, lecet, perih rasanya ketika tangan itu terlalu kau genggam harus dilepaskan. Bagaimana bila kekuatan yang maha dahsyat itu memisahkan setiap lentik jemari dan ruas-ruas indahnya untuk memberikan padamu seseorang yang lebih baik? Itulah aturan yang salah.
Ketika Dia yang menciptakan tulang rusuk dalam dri, menganugrahkan malaikat bersayap dan hanya karena kau merasa dialah yang pantas disampingmu, saat kau harus berpisah dengannya, tangis, ronta, berontak, pasti itu yang kau lakukan. Terlalu sakit ketika lepas.
Tapi, belajarlah untuk menggenggam kebebasan, menggenggam apa yang ia berikan dan kau miliki. Biarkan jemari saling berpengangan, tetapi janganlah kau genggam dia, terlalu, erat. Biarkan jemari itu bergelut dengan keadaan dan biarkanlah dia menari dengan bebas, tengan telapak yang terbuka lebar. Tanda siap kapanpun kau harus berpisah dengannya. 
Terkadang tak kita sadari, bahwa belum tentu kesempurnaan adalah malaikat dalam jalan hidup kita. Kesempurnaan hanyalah kesemuan, dan cinta adalah keabadian. Ketika yang sempurna diambil olehNya, dan datanglah ketidaksempurnaan bernafaskan cinta, tak bersayap tetapi berjalan beriringan bersamamu, menemanimu dengan segala kekurangannya, apakah kau mau menerimanya? Dengan telapak tangan terbuka dan siap menggenggamnya? Tidak erat-erat, namun tak pernah lepas.
Dan saat itu, ketika Dia memutuskan untuk tak memberimu hal sempurna namun memberikan ketidaksempurnaan untuk sebuah kebaikan, kau akan merasakan kasih yang lebih besar daripada sekedar memaksakan kehendak menggenggam kesempurnaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar